Blog
Sejarah Singkat Lampu Kilat/Flash di Fotografi
- November 22, 2013
- Posted by: Herti Annisa
- Category: Articles
Kamu yang menyukai fotografi pasti pernah mengalami kekurangan cahaya. Ketika memotret di suatu tempat dengan cahaya yang kamu anggap cukup terang, tetapi ternyata gambarnya kurang terang saat ditangkap di kamera. Untuk saat ini—ketika perkembangan teknologi semakin canggih—akan terbantu dengan kehadiran flash atau lampu kilat. Tidak berlebihan jika lampu kilat menjadi salah satu pelengkap tambahan dalam hobi kamu yang satu ini. Apalagi menjadikan hobi kamu menjadi ladang bisnis kamu. Namun, tahukah kamu bagaimana sejarah dari lampu kilat ini?
Serbuk Magnesium
Jika saat ini sudah banyak lampu kilat, bagaimana ketika masa lampau? Apalagi jika dilihat dari kondisi alam. Ketika itu, memotret hanya mengandalkan cahaya alam akan membutuhkan waktu sekitar satu menit untuk satu foto. Rendahnya sensitivitas cahaya medium yang dipakai dan lensa yang belum bagus jika dibandingkan sekarang, hal itu menjadikan orang dulu membutuhkan banyak waktu untuk memotret. Bisa dibayangkan bukan bagaimana moment berharga yang tidak bisa diulang, terbuang begitu saja tanpa ada dokumentasi.
Serbuk magnesium menjadi salah satu bahan yang digunakan fotografer zaman dulu. Mereka menyiasati serbuk tersebut untuk menghasilkan kilatan cahaya terang agar waktu yang digunakan dapat mempersingkat waktu pencahayaan. Terdapat kelebihan, ada pula kekurangannya. Serbuk magnesium memang bisa menghasilkan cahaya yang terang, tetapi menghasilkan asap yang mengganggu ketika itu. Apalagi sebelum menggunakannya, fotografer seolah menangani bahan-bahan peledak.
Flashbulb
Seorang berkewarganegaraan Prancis, Chaffour, menemukan cara yang lebih efektif dalam membuat cahaya. Di tahun 1893, ia membuat bohlam berisi pita magnesium dan gas oksigen. Dua bahan tersebut dinamakan flashbulb, di mana ketika itu dapat digunakan untuk pemotretan bawah air. Vierkotter, berkebangsaan Austria menyempurnakan penemuan Chaffour pada tahun 1925. Hingga di tahun 1929, Ostermeier mengisi flashbulb dengan lembaran alumunium kemudian memasarkannya di Jerman. Barulah, di tahun 1939, Harold Edgerton, memperkenalkan kepada khalayak unit lampu kilat elektronik, di mana prinsip kerjanya sama dengan lampu kilat zaman sekarang.
Perlu kamu ketahui bahwa penggunaan flashbulb berbeda dengan lampu kilat zaman sekarang. Ketika itu, flashbulb memakai lembaran atau kawat magnesium dan alumunium untuk menghasilkan kilatan cahaya. Sedangkan lampu kilat zaman sekarang menggunakan tabung atau flashtube yang berisi krypton dan xenon.
Sumber: Ardiansyah, Yulian. 2005. Tips & Trik Fotografi. Jakarta: Grasindo.
Photo Credit: Luke Hayfield Photography via Compfight cc
Photo Credit: ** RCB ** via Compfight cc
[button type=”big” color=”red” link=”https://www.idseducation.com/ids-programs/short-course/creative-course/”]Ingin mengetahui semua hal tentang fotografi? [/button]