Blog
Webinar Update: Documentary Films for Beginners
- May 4, 2025
- Posted by: Bayu
- Category: Articles

Film dokumenter bukan sekadar “menunjukkan” kenyataan, tapi tentang bagaimana kamu menceritakan kenyataan itu dengan kuat dan menyentuh. Dan itulah yang jadi inti dari webinar seru berjudul “Understanding Documentary Films and How to Make Your Own for Beginners” yang digelar Jumat, 21 Maret 2025, pukul 15.30–17.00 WIB secara gratis via Zoom.
Webinar ini dihadirkan khusus buat kamu: Pelajar SMA, mahasiswa, atau siapa pun yang penasaran dan ingin mulai bikin dokumenter dari nol. Gak perlu kamera canggih dulu, yang penting: ada cerita yang ingin kamu sampaikan.
Kenalan Dulu Sama Narasumbernya: Riani Singgih
Webinar ini dibawakan langsung oleh Riani Singgih, seorang filmmaker dokumenter dan sinematografer yang karyanya udah keliling festival nasional dan internasional. Beberapa karyanya:
- Dia Pergi dan Belum Kembali (2024) – Nominasi Piala Citra Dokumenter Pendek
- Senandung Senyap (2023) – Best Short Doc Jakarta Independent Film Festival & Art Festival di Yunani
- Teguh (2022) – Best Doc Festival Film Dokumenter
- Alzheimer’s: A Love Story (2015) – Tayang di Palm Springs & Cannes Emerging Filmmakers Showcase
Kalau kamu kira dokumenter itu cuma tentang berita atau wawancara orang ngomong terus, Riani dengan gaya santainya bakal langsung bikin kamu berpikir ulang.
Dokumenter Itu Cerita, Bukan Cuma Dokumentasi
Dokumenter adalah cara bercerita yang menggunakan gambar dan suara nyata. Kamu bisa mengemasnya secara puitis, ekspositori, sampai performatif tergantung pendekatan dan gaya bercerita yang kamu pilih.
Tipe-Tipe Dokumenter dan Contohnya
- Poetic Documentary — Samsara (Ron Fricke)
- Expository Documentary — Sexy Killers (Dandhy Dwi Laksono & Ucok Suparta)
- Observational Documentary — Denok & Gareng (Dwi Sujanti Nugraheni)
- Participatory Documentary — Jagal / The Act of Killing (Joshua Oppenheimer & Anonymous)
- Reflexive Documentary — My Therapist Said I’m Full of Sadness (Monica Tedja)
- Performative Documentary — Super Size Me (Morgan Spurlock)
Setiap jenis dokumenter punya gaya dan pendekatan yang berbeda. Tugasmu sebagai pembuat film adalah memilih yang paling sesuai dengan pesan dan emosimu.
Langkah Demi Langkah: Tahapan Bikin Dokumenter
1. Research & Development
Tanya ke dirimu sendiri:
- Apa yang ingin kamu ceritakan?
- Kenapa kamu harus jadi orang yang bercerita soal ini?
- Siapa narasumber/protagonisnya?
Tahap ini bukan cuma soal riset data, tapi juga pendekatan emosional ke narasumber. Cerita dokumenter yang kuat lahir dari keterlibatan personal.
2. Pre-Production
Ini tahap perencanaan.
Bayangkan seperti kamu belajar buat ujian, semakin matang persiapanmu, makin lancar hasilnya.
- Tulis treatment atau naskah
- Susun storyboard, shot list, dan jadwal
- Siapkan alat, lokasi, dan budget
- Dan, tentu saja: bentuk tim kecilmu!
3. Production
Saatnya rekaman! Tapi ini bukan sekadar pegang kamera.
Kuncinya adalah komunikasi: antara kamu, kru, dan narasumber. Kamu perlu bikin suasana yang nyaman agar subjek bisa bercerita secara natural dan jujur.
4. Post-Production
Semua materi dikumpulkan dan dijahit jadi satu.
Ini tempat keajaiban terjadi:
- Editing
- Coloring
- Sound design
- Music/composing
Di sini, kamu bukan cuma tukang edit, kamu adalah storyteller yang merangkai emosi.
5. Distribution
Film udah jadi, lalu mau diapakan? Bisa masuk ke festival film, diunggah ke YouTube, masuk ke OTT, atau jadi alat kampanye sosial. Distribusi itu bagian dari strategi agar cerita kamu sampai ke yang butuh mendengarnya.
Tips Praktis Buat Pemula: Semua Bisa Mulai Sekarang
Tips Mobile Videography
- Rekam horizontal! Biar lebih banyak informasi visual masuk.
- Cahaya itu penting. Syuting di tempat terang atau pakai pencahayaan tambahan.
- Audio harus jelas. Gunakan mic eksternal kalau bisa. Kalau enggak, dekatkan ponsel ke narasumber.
Alat yang Cocok
- Pakai alat yang sesuai kebutuhanmu.
Contoh: The Cove syuting bawah laut pakai GoPro dan hidden camera.
- Gunakan alat yang kamu KUASAI, bukan yang paling mahal.
- Beberapa pilihan alat: Canon C300, Sony a7sii, Handycam, bahkan HP!
“It’s all about the story you shoot and what you need to shoot it—not the quality of the gear that will make a great story.”
Dan satu pesan penting dari Riani:
“Semua orang bisa bikin dokumenter!”
Cerita Hebat Bisa Datang dari Kamu
Webinar ini bukan cuma nambah ilmu, tapi juga nyulut semangat banyak peserta. Lewat materi yang membumi dan contoh nyata, Riani ngajarin bahwa semua orang bisa mulai, asal ada niat dan cerita yang ingin dibagi.
Kalau kamu pernah merasa gak cukup keren atau gak punya alat mahal, tenang. Yang paling dibutuhin cuma satu: kemauan buat bercerita.
Mau mulai bikin dokumenter pertamamu? Yuk mulai dari sekarang. Siapa tahu, ceritamu bisa jadi inspirasi untuk orang lain.
Kalau kamu mau belajar lebih dalam soal dokumenter dan produksi film, cek terus program dan workshop seru dari IDS | BTEC – International Creative College. Karena dunia butuh lebih banyak cerita nyata. Dan mungkin, salah satunya datang darimu.