Blog
Faktor Penghambat Kemajuan Animasi di Indonesia : Mulai dari SDM Hingga Kurangnya Dukungan
- August 25, 2020
- Posted by: ids
- Category: Articles
Pernah nggak sih Kamu membayangkan bisa menjadi salah satu dari mereka yang pintar dalam membuat animasi? Atau mungkin ada beberapa orang di sekitarmu yang memiliki bakat dalam cipta animasi?
Banyak muda mudi yang jatuh cinta pada animasi hingga rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk menontonnya. Bahkan tidak sedikit juga loh yang memiliki rasa senang hingga gemar membuat gambar-gambar animasi. Dalam dekade terakhir ini mulai muncul sejumlah animasi ciptaan anak dalam negeri, seperti Adit & Sopo Jarwo (2014-2015), Si Juki The Movie (2017), Kuku Rock You (2014), Keluarga Somat (2013-2017), dan masih banyak lagi.
Hal ini menunjukkan bahwa industri animasi di Indonesia mengalami perkembangan yang bisa dikatakan cukup signifikan. Banyak animasi-animasi buatan anak dalam negeri yang mulai muncul di industri pertelevisian. Kendati demikian, animasi dari Indonesia belum bisa dikatakan benar-benar maju dan tembus pasar global. Bahkan kemajuan industri animasi dikatakan tidak seimbang dengan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan.
Lantas, faktor apa saja sih yang dianggap sebagai hambatan industri animasi untuk berkembang lebih pesat di Indonesia?
Faktor-faktor yang Menghambat Industri Animasi di Indonesia
Industri animasi sangat perlu dikembangkan, apalagi jika animasi yang dibuat bisa tembus ke pasar internasional. Selain bisa membanggakan Indonesia, pendapatan negara juga akan bertambah kan? Bisa dikatakan juga industri ini akan sangat membantu perekonomian bangsa. Tapi kenapa ya animasi Kita masih belum bisa mendunia?
Ada dua faktor yang selama ini dianggap sebagai penyebab utama industri animasi di Indonesia dikatakan tidak berkembang dengan pesat, yaitu SDM berkualitas yang dianggap masih kurang serta kurangnya dukungan dari beberapa pihak.
Kurangnya SDM Berkualitas di Bidang Animasi
Kamu pernah dengar nama Ronny Gani? Ya, dia dalah seorang pendiri dari Bengkel Animasi di Indonesia. Menurutnya jumlah SDM berkualitas di bidang animasi dikatakan masih kurang dan tidak sejalan dengan kebutuhan industri.
Padahal sekolah dengan jurusan animasi juga semakin berkembang, setiap tahun sekolah-sekolah tersebut pasti telah meluluskan beberapa peserta didiknya yang memang khusus dibentuk menjadi animator. Apakah mereka sudah benar-benar masuk di industri animasi?
Dengan jumlah SDM yang banyak seperti ini, seharusnya Indonesia memang memiliki peluang untuk mendorong orang-orang berbakat di bidang animasi untuk mengembangkan bakat mereka.
Aditya Triantoro yang merupakan CEO The little Giantz, yang telah sukses memproduksi serial animasi ‘Nussa dan Rara’ mengatakan bahwa pihaknya memang sempat kesulitan dalam mencari SDM berkualitas di bidang animasi. Menurutnya satu perusahaan animasi membutuhkan ribuan orang di dalamnya. Wah, kesempatan besar ya sebenarnya bagi para animator muda untuk mendapatkan pekerjaan di bidang kesukaan mereka.
Kurangnya Dukungan dari Beberapa Pihak
Sebenarnya banyak juga kok animator hebat yang berasal dari Indonesia, tapi rata-rata dari mereka lebih memilih untuk pergi bekerja ke luar negeri dan mengembangkan bakat mereka di sana. Nah, sepertinya ini menjadi Pekerjaan Rumah bersama, bagaimana caranya agar para animator hebat tetap betah di dalam negeri?
Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya dukungan dari beberapa pihak. Misalnya kecilnya dukungan dari masyarakat terhadap anak-anak yang ingin menjadi animator, atau bisa juga berbakat dan mendapat dukungan sekitar tetapi tidak memiliki fasilitas.
Di sini pemerintah memiliki peran yang juga penting dalam ikut mendorong para generasi muda untuk menjadi animator berkualitas. Misalnya dengan promosi besar-besaran, serta dukungan-dukungan berupa fasilitas yang memadai di sekolah-sekolah yang memiliki jurusan animasi.