Blog
Dibalik Layar BYGONE, Film Karya Mahasiswa International Design School
- January 28, 2022
- Posted by: nita
- Category: Articles
Film BYGONE adalah film pendek hasil kolaborasi mahasiswa International Desgin School angkatan 2020. Masing-masing program memiliki andil dalam pembuatan film ini. “BYGONE” yang memiliki arti ‘dahulu’ bercerita mengenai Tristan remaja SMA yang memiliki konflik dengan sang bibi akibat kematian Ibunya. Permasalahan dimulai ketika suatu ketika Tristan tidak sengaja memasuki dimensi lain yang membuatnya bertemu dengan sang ibu. Tristan dinilai memiliki karakter yang paling menarik karena rentang usia sang pemeran utama dengan mahasiswa IDS tidak jauh berbeda, sehingga sebagai antara kreator dengan karakter utama memiliki seputaran konflik yang sama. Pemilihan peran dilakukan secara casting dan dibuka untuk umum, biasanya mahasiswa IDS akan membagikan informasi melalui casting melalui sosial media.
Film ini ditujukan kepada pemuda-pemudi di Indonesia yang mengalami kehilangan akibat pandemi COVID-19, dengan film BYGONE mahasiswa International Design School ingin berusaha memberi pesan untuk lebih menyanyangi dan menghormati keluarga yang masih berada di sisi kita hingga saat ini. Mahasiswa International Design School juga berharap kalau film ini dapat diterima oleh banyak orang.
Pembuatan film “BYGONE” dimulai dengan diskusi mengenai premis dan pengembangan cerita, Setiap siswa saling memberikan ide dan masukan mengenai bagaimana film ini akan diproduksi, untuk penulisan naskah ditulis oleh Jasmine Gabriel Winoto dan disutradarai oleh Nanda Andhika Pradana. Diskusi dengan para pengajar juga kerap kali dilakukan untuk mendapat arahan bagaimana film ini sebaiknya dikemas. Setelah melakukan brainstorming yang cukup panjang, akhirnya mahasiswa IDS memilih genre horor dan keluarga, pemilihan genre berkembang mengikuti alur pengembangan cerita. Nanda—sang sutradara sendiri beberapa kali pernah menyutradari film pendek ber-genre horor, namun baru kali ini ia menyutaradari film pendek dengan genre keluarga.
Karena “BYGONE” adalah hasil film kolaboratif penting bagi mahasiswa IDS untuk mengerti work flow dengan baik. Sebagai sutradara misalnya, penting bagi Nanda untuk mengetahui cara kerja tim lain agar ketika ia membuat keputusan tidak terkesan berat sebelah. Ia pun mengawasi proses pembuatan film mulai dari post production hingga akhir agar hasil film tidak jauh berbeda dari ide awal.
Sebuah film demi mendapat hasil yang nyaman ditonton membutuhkan nilai estetis. Pada proses pengerjaannya Nanda dan teman-temannya pada awalnya mendapat masalah mengenai lokasi shooting, membuat mereka merombak garasi kampus. Wallpaper dan wall art bertema musik ditambah untuk melengkapi karakter Tristan sebagai peran utama. Bagi mahasiswa International Design School, berpikir kreatif memang sebuah tuntuan yang harus dilakukan. Sehingga setiap masalah yang ada dapat diselesaikan dengan mudah. Proses shooting kemudian dilanjutkan di Bogor.
Melalui film “BYGONE” banyak hal baru yang dieksplorasi mahasiswa IDS, selain bagaimana menjadikan sebuah garasi menjadi set lokasi yang epik sampai bereksplorasi dengan animasi dan VFX. Meski animasi dan VFX bukanlah hal baru bagi mahasiswa IDS, namun beberapa kali mahasiswa IDS membuat rancangan untuk menyesuaikan animasi dan efek visual agar penonton dapat mendapat kesan horor dari film ini.
Meski film “BYGONE” sudah disajikan dengan apik, namun Nanda sedikit menyayangkan performanya sebagai sutradara karena menurutnya dirinya dapat melakukan hal yang lebih baik lagi. Namun hal ini tidak menghilangkan semangatnya untuk mengikutsertakan “BYGONE” ke dalam festival film. Sebagai sineas menjaga eksistensi memang sangat diperlukan, bukan hanya soal bersaing dengan sineas lain tapi juga untuk mengasah kemampuan diri. “BYGONE” adalah salah satu karya mahasiswa International Design School yang menunjukkan keahlian mereka dalam film making.