Blog

BAGIKAN

Antara Karier dan Prestasi, Mengapa Tidak Keduanya?

Maudy Ayunda dan Maudy Koesnaedi

Terkadang beberapa orang dihadapkan pada dua pilihan, yakni memilih antara karier yang sesuai dengan passion atau meraih prestasi dalam pendidikan. Keduanya jelas hal yang bermanfaat, jadi mengapa tidak gabungkan saja keduanya?

Maudy Ayunda dan Maudy Koesnaedi, dua pemeran film Losmen Bu Broto hadir dalam webinar berjudul, ‘Mana yang lebih Penting, Karier atau Prestasi?’. Keduanya berbagi pengalaman pendidikan dan pekerjaan serta cara menjalani keduanya dengan baik.

Keduanya merupakan aktris kelahiran Indonesia yang telah berkarier sejak usia belia, yakni ketika mereka masih menjalani pendidikan wajib. Maudy Koesnaedi memulai kariernya sebagai model dengan mengikuti ajang Abang None Jakarta pada tahun 1993. Maudy Ayunda memulai karier pada tahun 2005 dengan membintangi film berjudul ‘Untuk Rena’.

Berkarier di usia muda tidak membuat Maudy Koesnaedi dan Maudy Ayunda abai terhadap pendidikan. Mereka bahkan berhasil melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan setelah menamatkan pendidikan SMA. Maudy Koesnaedi lulus dalam program D3 Sastra Perancis, Universitas Indonesia serta Maudy Ayunda berhasil lulus dari dua universitas terbaik dunia, yakni University of Oxford dan Stanford University.

Kegiatan bincang-bincang mengenai pendidikan dan karier ini telah berhasil dilaksanakan oleh Paragon Pictures dan IDS | International Design School pada Sabtu, 06 November 2021 lalu dengan ditemani oleh Evelyn Huang, Program Head of Digital Design & Illustration IDS.

Menyeimbangkan Karier Dengan Mengatur Prioritas

Maudy Ayunda mengakui bahwa mengatur prioritas antara karier dan pendidikan memang bukan hal yang mudah. Ada beberapa hal yang menjadi prioritas sehingga beberapa hal perlu untuk dikorbankan.

“Termasuk social life aku. Aku jadi jarang bisa ikut main, aku juga jadi jarang ikut kegiatan di luar sekolah,” ungkap Maudy.

Maudy Ayunda juga menambahkan bahwa menyeimbangkan antara karier dan pendidikan tentunya memerlukan sikap disiplin terhadap hal-hal yang telah menjadi prioritas tersebut.

Berbeda dari Maudy Ayunda, Maudy Koesnaedi menganggap bahwa pendidikan merupakan kewajiban. Ia merasa bahwa pendidikannya merupakan tanggung jawabnya sendiri sehingga ia merasa terdorong untuk terus berprestasi di samping pekerjaannya sebagai model.

Barulah ketika ia berkuliah, ia berani memasuki dunia entertainment yang lebih luas dengan mengambil peran sebagai Zaenab dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan di tahun 1994.

Peran Orangtua dalam Keputusan Karier dan Pendidikan Anak

Baik Maudy Ayunda dan Maudy Koesnaedi, keduanya setuju bahwa orang tua berperan penting dalam keputusan anak akan karier dan pendidikannya.

Maudy Koesnaedi membagikan perspektifnya sebagai seorang ibu.  Ia menganggap bahwa komunikasi antara orang tua dan anak penting untuk menghubungkan harapan dan keinginan antara keduanya.

“Komunikasi kepada anak juga penting, terutama dukungan emosional terhadap pilihannya.”

Namun orangtua tidak berperan dalam menentukan jalan hidup anak-anaknya, sebaiknya ia hanya mendampingi atau mengarahkan anak untuk mengambil keputusan yang terbaik dalam hidupnya.

Beralih sudut pandang, Maudy Ayunda sebagai anak merasa bahwa gaya pengasuhan orangtua kepada anaknya berperan besar dalam prestasi pendidikan ataupun karier. Maudy Ayunda mengambil contoh dari ayahnya yang selalu mendukung akademiknya.

Sang ibu, yang juga merupakan seorang model di masa mudanya, adalah pihak yang selalu mengingatkannya untuk menyeimbangkan pendidikan dengan karier. Pendidikan memang penting, namun ada banyak hal di luar sana yang juga patut dicoba, begitu pendapat ibunda Maudy Ayunda.

Bagi Maudy Ayunda, kedua orangtuanya berperan dalam memberikan ruang untuknya memilih dan memberikan pemahaman akan kewajibannya sebagai seorang pelajar.

Gaya Komunikasi Keluarga Terhadap Pendidikan dan Karier

“Perbedaan pendapat itu tidak mungkin tidak ada,” kata Maudy Ayunda.

Sebab pastinya terdapat generation gap yang mempengaruhi masing-masing pendapat antara orangtua dan juga anak. Namun bagaimana cara mengkomunikasikan perbedaan pendapat tersebut harus dilakukan agar tidak menjadi masalah besar yang berlarut-larut.

Maudy Koesnaedi juga merasakan generation gap antara ia dan ibunya dahulu. Saat ini pun ketika ia telah menjadi seorang ibu, ia juga merasakan generation gap antara dirinya dan anak lelakinya.

Sebagai ibu, ia pun belajar bahwa menjadi orangtua tidak berarti bahwa dirinya tidak pernah salah. Namun ia berusaha memberikan pemahaman bahwa ia bermaksud baik dan menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

Maudy Ayunda dan Maudy Koesnaedi

Karier Sebagai Jati Diri

Maudy Ayunda mengaku bahwa saat ini pun ia masih dalam proses self-discovery. Dalam hal karier, Maudy masih mencari tahu peran seperti apa yang terasa jujur dan nyaman untuk dimainkannya.

“Aku selalu berpikir ketika di usia 20-an, aku akan menemukan jati diriku. Tapi ternyata enggak juga.”

Karena masih dalam proses tersebut, Maudy berpesan kepada audiens untuk tidak perlu terburu-buru. “Take your time aja untuk menemukan jati diri,” jelasnya.

Maudy Ayunda yang merasa masih dalam proses mencari jati diri pun melemparkannya kepada Maudy Koesnaedi sebagai orang yang lebih tua. Namun Maudy Koesnaedi pun berpendapat sama, bahwa di usia menuju 50 tahun ini pun, ia masih sering menemukan hal-hal baru dalam dirinya yang dahulu ia rasa tidak mungkin ia lakukan.

“Ikuti saja alurnya dan usahakan yang terbaik (pada saat itu). Jati diri itu perlu proses,” pesan Maudy Koesnaedi.

Nilai dalam Film Losmen Bu Broto

Maudy Ayunda menjawab bahwa film Losmen Bu Broto mengandung nilai pencarian jati diri dan bagaimana memperjuangkan jati diri tersebut.

Dalam film, Sri harus memperjuangkan ‘jati dirinya’ di hadapan Bu Broto. Itu merupakan konflik dalam film, bahwa perbedaan itu tidak dapat dihindari dan harus dihadapi dengan komunikasi yang baik.

Bagi Maudy Koesnaedi, film Bu Broto menggambarkan sebuah keluarga, yang tidak selalu bahagia. Film ini menyajikan konflik yang dirasakan seorang ibu terhadap dua orang putri dan satu orang putranya.

“Bagaimana harapan ibu terhadap anaknya yang dirasa mampu untuk memenuhi harapan Bu Broto untuk membangun Losmen. Bagaimana Bu Broto ingin anaknya lebih penuh, lebih complete, (dan) lebih fulfill (dalam hidupnya).”

Film Losmen Bu Broto rilis pada tanggal 18 November 2021 dan dapat disaksikan melalui platform layanan streaming yang tersedia.

Kamu ingin berkontribusi pada regenerasi perfilman Indonesia? IDS | International Design School menyediakan sekolah film, kamu bisa melanjutkan studi film lewat program International Pathway di universitas ternama di luar negeri.

Tunggu apa lagi? Ayo wujudkan impian kamu untuk menjadi Filmmaker bersama IDS!