Blog

BAGIKAN

Jadi Content Creator Lewat Kurikulum Baru International Design School

content creator

Content Creator menjadi pekerjaan yang banyak diminati saat ini. Tugas seorang content creator adalah memproduksi materi baik berupa tulisan, foto, video, ataupun suara. Content creator juga bertanggung jawab dalam penyebaran konten melalui berbagai platform media sosial seperti youtube, instagram, web, facebook, TikTok, dan lainnya. Siapa saja dapat menjadi content creator bahkan ketika kemampuan yang dimiliki belum begitu baik, asalkan orang tersebut mau berproses dan berkembang. International Design School kemudian hadir untuk mendorong mahasiswanya menciptakan konten-konten yang kreatif 

Open House IDS : Bisma FS Berbagi Tips Tentang Memilih Kamera Digital

Namun karena bidang pekerjaan ini begitu difavoritkan orang banyak maka para content creator pun berlomba untuk memberikan produksi konten yang baik. Bentuk konten yang paling umum adalah video content creator, konten video disukai karena sifatnya yang atraktif. Kalau dulu video konten berupa TV program, kini TikTok, Youtube menjadi platform video sharing network yang paling banyak disukai.  

Tidak hanya dilakukan individu secara profesional konten video juga dibutuhkan oleh banyak perusahaan sebagai bagian dari marketing.

Ketika membuat video content kamu harus tahu terlebih dahulu hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam content production. Program Digital Film & Media Production kini membuka mata kuliah “Content Production. Untuk tahu lebih lanjut mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam pembuatan konten, silakan cek penjelasan dibawah.

  1. Teknis Content Production

Media sosial makin akrab dengan keseharian kita dan kamu pun pasti nggak asing dengan istilah influencer. Mereka itu orang-orang yang dinilai bisa memberikan pengaruh ke masyarakat. Bisa aja selebritis, selebgram, youtuber, blogger, atau public figure yang dianggap penting. Biasanya punya ribuan hingga jutaan followers di media sosial. Nggak heran kalau para influencer ini diincar banyak perusahaan untuk meningkatkan brand awareness dengan mempromosikan produknya. Tapi, nggak semua dari influencer mampu buat menggaet banyak audiens. Ada juga yang engagement-nya dianggap kurang maksimal. Terus, gimana cara milih influencer yang tepat ya? Kali ini, artikel dari IDS EDU yang merupakan sekolah animasi-sekolah design bakal ngasih tau soal itu. Catat! Jenis-Jenis Influencer Influencer terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan followersnya. Sebelum memilih, sebaiknya ketahui dulu jenis-jenis influencer berikut: Nano Influencer. Punya jumlah followers kurang dari 10.000. Meski sedikit, engagement yang dihasilkan bisa lebih tinggi dari influencer dengan followers banyak. Micro Influencer. Memiliki followers 10.000-100.000. Biasa dikenal sebagai seseorang yang expert di bidang tertentu, misalnya seperti beauty expert, health expert, dan sebagainya. Macro Influencer. Akun dengan followers 100.000 hingga 1 juta yang target jangkauannya lebih luas dan harganya lebih mahal. Namun, engagement yang dihasilkan bisa kurang kuat. Mega Influencer. Mempunyai jumlah followers paling banyak dan lebih dari 1 juta. Umumnya berasal dari kalangan selebritis, selebgram, youtuber. Jangkauan audiens lebih luas dan banyak dikenal orang. Biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar. Meski engagement dengan audiens terlihat, tapi kurang kuat karena kurangnya interaksi antara influencer dan followers. Engagement Rate Penting banget buat mengecek engagement rate seorang influencer. Cara mengetahuinya bisa dengan menggunakan tools seperti Social Blade, Engagement Calculator, atau tools lainnya. Tools ini juga dapat memperlihatkan mengapa jumlah followers bisa meningkat. Pilih Influencer Sesuai Budget Sama dengan strategi marketing yang lain, menggunakan influencer sebagai metode mempromosikan produk tentu butuh biaya. Kalau budgetmu terbatas, nggak ada salahnya buat memilih nano atau micro influencer karena harganya jauh lebih terjangkau. Engagement yang dihasilkan pun kuat dan nggak sedikit dari followers bakal memberikan review produkmu. Sesuaikan dengan Target Pasar Menentukan influencer yang tepat bukan dari jumlah followersnya saja, tapi juga harus memperhatikan apakah sesuai dengan target pasar atau tidak. Misalnya saja kamu ingin mempromosikan produk kecantikan. Sebelum memasarkan, harus memasarkan riset terlebih dahulu. Kira-kira influencer mana saja yang cocok dan berkaitan dengan produk yang kamu pasarkan. Selain itu, penting juga untuk cek konten seperti apa yang disukai audiens. Konten tersebut bisa saja berupa video, gambar, atau tulisan. Pilih Influencer dengan Reputasi Baik Apapun jenis influencer baik nano hingga mega, pastikan bahwa mereka semua memiliki reputasi baik. Hal tersebut berguna buat menjaga nama baik brand dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dipromosikan. Perlu diingat, memilih influencer bukan hanya dari segi followers saja, tapi kamu harus memperhatikan hal-hal lain termasuk engagement hingga reputasi. Sekarang jadi lebih paham kan bagaimana cara memilih influencer yang tepat buat strategi digital marketing lewat media sosial? Nggak cuma itu, kamu juga bisa belajar banyak soal digital marketing di IDS-sekolah animasi dan sekolah design. Program kursus Digital Marketing di International Design School bakal ngajarin banyak hal. Kamu bisa mendalami soal jenis platform yang digunakan, growth hacking strategy, hingga menganalisa dengan Google Analytics. Yuk, ikut kelasnya dari sekarang!

Secara mendasar proses pembuatan video konten tidak jauh berbeda dengan membuat film atau program tv. Perlu keahlian dalam menata kamera untuk menentukan angle yang tepat dan bagaimana mengambil gambar yang baik. Pencahayaan juga penting, cahaya dalam videografi berpengaruh pada eksposur sebuah objek. Cahaya akan memberikan sentuhan artistik pada video, membentuk emosi, membangun suasana, dan menghilangkan bayangan yang dianggap tidak perlu dan menganggu.

Keahlian lain yang dibutuhkan adalah video editing. Proses editing berupa memotong atau menyatukan video, mengatur warna, memberikan efek, juga penambahan suara. Content video tanpa melalui tahap editing tentu terasa tidak menarik untuk ditonton. Beruntungnya melalui Program Digital Film & Media Production keahlian-keahlian tersebut menjadi mata kuliah dasar yang dipelajari setiap mahasiswa IDS. 

  1. Strategi Digital Marketing

Perubahan teknologi yang serba digital juga berdampak pada perubahan perilaku konsumen. Dari hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), tahun 2018 terdapat 171,17 juta jiwa orang yang menggunakan internet. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 10.12% dari tahun sebelumnya. Dari presentase tersebut, 96% pengguna internet menggunakannya untuk mencari produk atau layanan via online. Hal ini adalah peluang yang sangat besar untuk pebisnis, dimana mereka bisa mengaktivasi produk dan layanan via online dengan metode digital marketing. Bukan hanya pebisnis yang punya peluang besar di sektor online, kamu yang sedang kuliah desain, atau kursus desain grafis bisa mengambil peluang ini sebagai lahan untuk mendapatkan lapangan kerja baru. Kok bisa? Yup, digital marketing menuntut pebisnis untuk menghadirkan visual konten yang menarik demi menggaet pembeli. Disinilah desainer grafis sangat dibutuhkan, semakin menarik tampilan visual yang ditampilkan, makin besar peluang untuk menggaet konsumen baru. Sebagai gambaran untuk kamu, berikut cara kerja digital marketing untuk optimasi penjualan. 1. Membuat Konten Visual yang Menarik Konten visual yang menarik adalah umpan utama untuk membuat user melirik produk/layanan yang kamu tawarkan. Konten visual ini nggak harus selalu menceritakan produk yang dijual oleh pebisnis, bisa juga berupa hal lain yang punya korelasi dengan bisnis. Misal kamu menjual produk makanan sehat, maka konten yang dibuat bisa berhubungan dengan tips gaya hidup sehat. Tampilannya bisa berupa gif, animasi, atau ilustrasi. 2. Media Digital Marketing yang Sesuai Produk Setelah membuat konten visual yang menarik, kamu harus memilih media digital yang sesuai dengan produk/layanan. Bila target market adalah perusahaan Business to Business (B2B) seperti penyedia souvenir atau tas promosi, tentu akan sangat berbeda dengan media untuk usaha souvenir retail. Usaha B2B lebih efektif menggunakan website atau Google Business. Sedangkan bisnis retail bisa menggunakan media sosial seperti Instagram, Facebook, atau Whatsapp Business. 3. Media untuk Transaksi Digital Dalam transaksi online dibutuhkan alat transaksi digital, yang dapat memudahkan pembeli untuk bertransaksi. Beberapa media yang biasanya digunakan oleh para pelaku bisnis untuk sarana transaksi adalah transfer antar bank, rekening bersama (rekber), dompet digital, hingga E-Money. 4. Tentukan Media Komunikasi yang Sesuai Perlu juga menentukan media komunikasi yang paling efektif antara pembeli dan penjual. Pelaku bisnis dapat melakukan strategi funneling (penggiringan), contohnya saat user mulai tertarik dengan media sosial atau website, dapat digiring ke link toko online di e-commerce atau Whatsapp supaya bisa dimonitor, baik itu pesanan maupun pembayarannya. 5. Feedback Konsumen Sebagai Acuan Inovasi Apapun respon dari konsumen baik positif atau negatif harus diterima oleh pelaku usaha sebagai bahan evaluasi. Feedback ini bisa dikelola dengan beberapa cara, mulai dari melakukan survei, post testimoni atau review dari pelanggan, sampai membuat kuis untuk minta masukan pelanggan. Well, itulah cara kerja digital marketing untuk optimasi penjualan yang bisa dilakukan oleh para pebisnis. Dari sini bisa dilihat bahwa desainer grafis memiliki peranan penting dalam proses digital marketing. Nah, jika kamu berminat menggeluti bidang design grafis, maka kuliah desain di International Design School adalah opsi terbaik!

Strategi digital marketing dibutuhkan untuk menyebar luaskan video content yang telah kamu buat. Selain itu digital marketing akan mengajarkan kamu sifat audiens mu, sehingga kamu dapat memberikan video content yang tepat bagi mereka. 

Sebagai content creator membaca tren adalah sebuah keharusan. Mengikuti tren yang ada sama saja mengikuti minat dari audiens mu. Namun kesulitannya bukan disitu, sebagai content creator kamu perlu tahu tren apalagi yang akan booming selanjutnya. Alias kamu harus bisa membaca dengan cepat kemana arah tren bergerak.  Dengan menjadi seseorang yang up-to-date maka banyak orang akan menganggap kamu sebagai pusat informasi.

  1. Kode Etik Content Creator

kode etik content creator

Menjamurnya content creator di Indonesia membuat persaingan semakin ketat, beberapa orang akhirnya memilih jalan pintas dan asal menyajikan konten atau kini dikenal istilah “demi konten.” Tentu kita tidak mau menjadi seperti itu. Sebagai video content creator, tentu ada rambu-rambu yang harus kamu ikuti. Agar video content yang kamu buat dapat diterima audiens dengan baik. Tidak hanya dalam segi produksi namun juga dari segi isi.

Melalui mata kuliah baru “Content Production” di International Design School setiap mahasiswa akan diajak untuk menghasilkan konten yang baik. Video content yang dibuat pun beragam, mengikuti minat mahasiswa. Mata kuliah ini akan bisa dipelajari di term Program Digital Film & Media Production selanjutnya.