Blog

BAGIKAN

Peran Teknik Sinematografi dalam Meningkatkan Kualitas VFX untuk Film

Sinematografi

Model 3D dan teknologi CGI tidak hanya relevan dalam industri film, melainkan juga digunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti periklanan, video game, dan arsitektur. Meskipun demikian, prinsip-prinsip sinematografi yang digunakan dalam pembuatan film dapat sangat meningkatkan kualitas akhir produk dalam berbagai industri tersebut.

Apakah kamu sedang mengembangkan film animasi, menambahkan elemen digital ke produksi film live-action, atau bahkan bekerja pada proyek perluasan set? Pengetahuan tentang teknik sinematografi dapat memberikan kontribusi yang berharga pada hasil akhir kamu. Hal ini terlepas dari perangkat lunak atau platform komputer grafis 3D yang kamu gunakan.

Fokus dan Bokeh

film dalam dunia pendidikan

Dalam program komputer grafis 3D apa pun yang kamu gunakan, kamu akan membutuhkan kamera 3D untuk merender dan menghasilkan desain akhir kamu. Prinsip-prinsip dasar kamera 3D ini hampir identik dengan kamera di dunia nyata. Hal-hal seperti resolusi, ukuran sensor, aperture, panjang fokus, dan kecepatan rana semuanya diterapkan dalam lingkungan digital.

Meskipun pengaturannya mungkin berbeda dalam perangkat lunak 3D, kamera 3D kamu akan berfungsi mirip dengan kamera konvensional yang digunakan dalam fotografi atau perfilman. Rincian teknis yang lebih spesifik dapat dipelajari dalam konteks program yang kamu gunakan. Namun, dalam konteks ini, kami akan membahas dua konsep penting: “rack focus” dan “bokeh”.

Fokus rak adalah teknik di mana kamu mengubah bidang fokus kamu dari satu objek ke objek lainnya, seringkali dari latar depan ke latar belakang atau sebaliknya. Ini adalah teknik yang berguna untuk mengarahkan perhatian audiens dalam adegan digital atau untuk mengintegrasikan elemen CGI ke dalam rekaman live-action dengan mulus.

Di sisi lain, Bokeh adalah efek estetika yang menghasilkan area buram atau kabur pada bagian gambar yang tidak dalam fokus. Ini seringkali muncul di sekitar sumber cahaya dalam gambar dan dapat digunakan untuk memberikan kesan realisme dan estetika yang unik dalam gambar diam atau gambar bergerak, meniru efek fotografi kehidupan nyata.

Dolly Zoom, Handheld, dan Kelanjutan Gerakan

Baca Juga:  Teknik Fotografi Pemula: Memotret Di Ruang Minim Cahaya Tanpa Flash

Tahapan Pembuatan Film

Tetapi bagaimana jika kamu bekerja dengan gambar bergerak? Di sinilah teknik sinematografi menjadi sangat relevan.

Pertama, ada teknik “dolly zoom,” yang sudah menjadi bagian dari sinematografi selama beberapa dekade. Ini terjadi ketika kamu memperbesar lensa sambil menjauhkan kamera dari subjek (atau sebaliknya). Meskipun sulit dijelaskan dengan kata-kata, ini dapat memberikan efek dramatis dalam gambar bergerak, seperti yang terlihat dalam film “Jaws.”

Dolly zoom mungkin bukan teknik yang digunakan untuk mengintegrasikan elemen 3D ke dalam rekaman live-action, tetapi ini adalah cara yang bagus untuk meningkatkan efek visual dalam animasi atau film 3D sepenuhnya.

Selanjutnya, ada teknik Handheld yang melibatkan memegang kamera di tangan atau di bahu selama pengambilan gambar. Ini memberikan intensitas pada rekaman kamu dan dapat membuat penonton merasakan adegan tersebut. Teknik ini juga dapat membuat karya kamu terasa lebih seperti film dokumenter.

Namun, menambahkan getaran atau gerakan tangan pada perangkat genggam dapat membantu dalam meningkatkan realisme elemen 3D sepenuhnya. Terkadang, latar belakang live-action kamu mungkin statis untuk tujuan komposisi yang lebih mudah. Menambahkan efek genggam dalam tahap berikutnya akan meningkatkan kesan realisme dalam pemandangan tersebut.

Terakhir, kita punya “perpanjangan gerak,” yang lebih merupakan teknik penyuntingan daripada teknik sinematografi. Ini melibatkan menjaga kamera atau pergerakan subjek mengalir dari satu gambar ke gambar berikutnya. Ini tidak hanya membantu audiens dalam mengetahui di mana harus mencari, tetapi juga memberikan dinamika tambahan pada karya kamu.

Meskipun teknik ini lebih berkaitan dengan penyuntingan, konsep dasarnya berkaitan dengan sinematografi, karena pergerakan kamera dapat ditambahkan ke cuplikan live-action selama tahap penyuntingan.

Namun, dalam dunia digital, kamu memiliki kebebasan untuk bereksperimen dan melakukan apa yang kamu inginkan untuk menciptakan efek visual yang mengesankan.

Tertarik untuk berkarier di industri film? Yuk belajar film di IDS | International Design School!

Baca Juga:  Star Wars IX, Akhir Dari Perjalanan Saga yang Epik?

banner college

Mengapa harus kuliah film di IDS? Karena IDS memiliki Program Digital Film & Media Production mengajarkan keterampilan teknis dan estetika kepada mahasiswa untuk menciptakan film dan konten media beragam. Program ini dimulai dari pengembangan cerita, penulisan skenario, dan pembuatan storyboard hingga perwujudannya menjadi film. Mahasiswa juga akan belajar seluruh proses produksi yang mencakup penyutradaraan, manajemen produksi, sinematografi, tata artistik, tata suara, akting, dan penyuntingan. Selain itu, mereka akan mendapatkan panduan dalam memahami aspek manajemen dan bisnis konten dari sudut pandang pemasaran dan distribusi.