Blog

BAGIKAN

Teknologi AI dalam Pembuatan Film: Transformasi Industri Film Modern

ai dalam film

Dewasa ini, perkembangan dunia sedang berlangsung dengan pesat berkat terobosan teknologi yang signifikan. Salah satu teknologi utama yang telah memainkan peran penting dalam beberapa tahun terakhir adalah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Penggunaan teknologi canggih ini semakin meluas, termasuk di dalam industri perfilman.

Sebuah contoh baru-baru ini dari penggunaan AI dalam pembuatan film adalah film Hollywood seperti “Avatar: The Way of Water” (2022), yang mengintegrasikan kecerdasan buatan dalam proses penciptaan karakternya. Sebelumnya, film lain seperti “Avengers: Endgame” (2019) juga mengandalkan teknologi kecerdasan buatan dalam produksinya.

Menurut Gupta Sitorus, Chief Sales & Marketing Officer di WIR Group, penggunaan teknologi kunci seperti AI, augmented reality (AR), dan virtual reality (VR) memiliki potensi untuk menghadirkan dimensi konten film yang tanpa batas. Hal ini mencakup penciptaan karakter yang lebih hidup dan interaktif dengan pengguna, serta efisiensi produksi yang tak terikat oleh batasan lokasi atau waktu.

Keterlibatan AI di Bidang Perfilman

peran ai dalam film

Kecerdasan buatan diyakini dapat menjadi mitra yang berharga dalam mempercepat sejumlah proses produksi film, sementara peran manusia tetap sentral. Proses-produksinya mencakup berbagai tahapan, mulai dari pra produksi hingga pasca produksi, termasuk penulisan naskah, storyboarding, pengeditan, efek visual, promosi, dan pemasaran.

Dalam hal penulisan naskah, kecerdasan buatan dapat berperan dalam membantu penyusunan karakter, plot, dan dialog. AI dapat memberikan rekomendasi opsi-opsi yang dapat dipertimbangkan oleh penulis naskah dalam menyusun cerita secara utuh.

Selain itu, AI juga mampu mengubah skrip menjadi storyboard. Dengan mengintegrasikan feedback berupa deskripsi adegan, AI dapat menghasilkan gambar-gambar yang dapat disusun menjadi storyboard. Penggunaan AI dalam proses pembangunan ide ini juga memungkinkan pengguna untuk mengembangkan kreativitas yang lebih orisinal.

Dalam konteks pemasaran, AI atau machine learning dapat memprediksi potensi kesuksesan box office sebuah film. Ini dilakukan dengan menganalisis berbagai data seperti sejarah kesuksesan film serupa, performa aktor dan aktris dalam film tersebut, analisis media sosial, dan lainnya.

Gupta mengungkapkan bahwa semakin banyak training yang dilakukan oleh perangkat lunak AI, semakin baik kemampuannya dalam mengolah data dari big data. Dengan parameter yang ditentukan oleh pengembang, akurasi outputnya akan terus meningkat.

Selain itu, dalam hal orisinalitas karya, AI memiliki potensi untuk menciptakan naskah yang orisinal dengan menghindari unsur-unsur cerita dan karakter yang telah ada dalam film-film sebelumnya.

Gupta juga menekankan perlunya melindungi hak cipta dan memberikan kerangka kerja yang dapat memungkinkan penerapan teknologi ini dengan maksimal, sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Secara keseluruhan, penggunaan AI dalam industri film diyakini tidak akan menjadi ancaman, tetapi sebaliknya, dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi proses produksi.

Pemanfaatan AI di Industri Film Lokal 

ai dalam industri

Saat ini, penggunaan kecerdasan buatan dalam industri film Indonesia masih jarang terjadi karena ketersediaan perangkat lunak artificial intelligence (AI) dan machine learning yang belum banyak berfokus pada industri film.

Amrit Punjabi, Head of Production PT Tripar Multivision Plus (MVP), menganggap bahwa penggunaan AI dalam perfilman Indonesia masih terbatas dan belum umum. Meskipun demikian, ia melihat bahwa teknologi kecerdasan buatan memiliki potensi besar yang akan berkembang di masa depan.

Menurut Amrit, sebagian besar proses produksi film kemungkinan besar akan tetap sama, bahkan jika memanfaatkan teknologi AI. Saat ini, penggunaan teknologi AI masih terbatas pada aplikasi sederhana, seperti penggunaan deepfake technology untuk mengubah penampilan karakter.

Amrit menjelaskan bahwa film seperti Kuntilanak 3 (2022), yang diproduksi oleh MVP Picture, masih mengandalkan teknologi visual biasa dan efek khusus dengan sedikit penggunaan green screen.

Dalam pembuatan film dengan teknologi CGI seperti Avatar, diperlukan investasi yang besar. Film semacam itu memiliki banyak elemen CGI dan efek khusus, dan bahkan menggunakan teknologi motion capture yang canggih. Proses produksinya juga lebih lama dibandingkan dengan pembuatan film konvensional.

Amrit menekankan bahwa untuk mencapai tingkat produksi seperti Avatar, pasar film Indonesia perlu tumbuh secara signifikan, serta mengandalkan penjualan di luar negeri.

Teknologi kecerdasan buatan saat ini lebih sering digunakan dalam penciptaan dunia (world building) untuk film bergenre sains fiksi dan fantasi. Namun, penggunaannya juga bisa diterapkan dalam genre lain seperti horor.

Amrit optimistis bahwa dalam 3 hingga 5 tahun ke depan, akan terjadi peningkatan signifikan dalam penggunaan teknologi dalam produksi film horor di Indonesia, termasuk pemanfaatan kecerdasan buatan yang lebih luas.

Tertarik untuk berkarier di industri film? Yuk belajar film di IDS | International Design School!

banner college

Mengapa harus kuliah film di IDS? Karena IDS memiliki Program Digital Film & Media Production mengajarkan keterampilan teknis dan estetika kepada mahasiswa untuk menciptakan film dan konten media beragam. Program ini dimulai dari pengembangan cerita, penulisan skenario, dan pembuatan storyboard hingga perwujudannya menjadi film. Mahasiswa juga akan belajar seluruh proses produksi yang mencakup penyutradaraan, manajemen produksi, sinematografi, tata artistik, tata suara, akting, dan penyuntingan. Selain itu, mereka akan mendapatkan panduan dalam memahami aspek manajemen dan bisnis konten dari sudut pandang pemasaran dan distribusi.