Blog

BAGIKAN

Helvetica, Typeface yang Terpopuler di Dunia

Helvetica

Helvetica merupakan salah satu tipografi yang populer dan paling banyak digunakan di dunia dengan variasi 10 alfabet-nya. Uniknya, Helvetica ini memiliki film dokumenternya sendiri, loh. Banyak logo perusahaan yang menggunakan Helvetica, tetapi seiring waktu semakin banyak yang mengganti typeface-nya. Lalu, apakah Helvetica masih populer atau malah redup? Simak selengkapnya!

Helvetica

“Helvetica” Film Poster

Tentang Helvetica

Helvetica awalnya disebut dengan Neue Haas Grotesque yang dirancang pada tahun 1957 oleh Max Miedinger dengan Eduard Hoffmann dalam International Typographic Style atau Swiss Style. Setelah dipublikasikan oleh perusahaan Stempel dan Linotype Jerman pada tahun 1961, namanya diganti menjadi Helvetica yang merupakan adaptasi istilah latin untuk Switzerland atau negara Swiss (Helvetia), agar tidak sama dengan perusahaan mesin jahit di sana. Helvetica diciptakan saat desain grafis dan tipografi sedang sangat populer di zaman itu. Helvetica memberikan nuansa modernis dengan style yang menekankan cleanliness, readability, and objectivity. Miedinger berangkat untuk membuat typeface netral yang memiliki kejelasan besar, tidak ada makna intrinsik ataupun kepribadian tertentu dalam bentuknya serta dapat digunakan pada berbagai macam papan nama. Helvetica dengan kenetralannya, dianggap menjadi langkah nyata yang mengesankan karena memfokuskan orang-orang terhadap isi teks, bukan typeface-nya.

Helvetica

Contoh Brosur dengan Typeface Helvetica pada Tahun 1960

Pandangan Negatif terhadap Helvetica

Helvetica memiliki perayaan ulang tahunnya sendiri. Sebelumnya, pada peringatan ke-50 tahunnya typeface ini dirayakan dengan sangat mewah yang membuktikan kepopuleran Helvetica, sehingga bisa ditemukan di papan stasiun, halte dan tempat umum lainnya. Namun, masih banyak juga orang yang menganggap Helvetica sangat membosankan dan terlalu sering digunakan atau overused. Bahkan, ada yang menyebutkan bahwa orang-orang memakai Helvetica karena ingin dianggap sebagai orang ‘normal’, mengedepankan efisiensi, penggerak modernisme, tanpa kepribadian, tidak ambisius, dan lainnya. 

Perjalanan Helvetica

Saat typeface Swiss grotesque mulai terasa tidak sederhana, sekitar pasca Perang Dunia II, desainer mencari bentuk-bentuk typeface yang terkesan ‘baik’, bukan yang bersifat agitatif. Karena, pada saat itu masyarakat menyerukan sikap positif dan optimis pada masa depan dengan modernisasi, teknologi dan demokrasi. Sehingga, banyak orang yang beralih ke Helvetica yang memiliki garis lebih halus dan kepekaan modern untuk remake identitas sebuah perusahaan.dengan readability sebagai keunggulan utama Helvetica, font ini menjadi salah satu pilihan yang aman untuk kamu yang mau belajar desain karena bisa dibaca dengan jelas tanpa mempengaruhi desain secara keseluruhan. Namun, di zaman sekarang, pada pembuatan nama perusahaan ataupun desain logo, Helvetica dianggap membangkitkan konotasi perusahaan yang dingin. Jadi, mulai banyak tipografer dan pembuat logo yang beralih ke sans serif yang lebih hangat dengan menunjukkan lebih banyak kepribadian. Contohnya, American Airlines yang mengubah typeface-nya dari Helvetica ke Frutiger pada tahun 2013. Tidak hanya itu, kemunculan font Arial dan banyak font lainnya dengan karakteristik yang mirip namun memiliki garis yang berbeda, yang mana telah di default menjadi font standar dalam sistem operasi Windows dari Microsoft juga menjadi salah satu faktor turunnya kepopuleran Helvetica.

Sampai sini fakta unik yang bisa kamu kenali dari typeface Helvetica. Kamu pasti penasaran kan dengan font serta typeface lainnya yang efektif dan sering digunakan pada desain grafis? Kamu bisa belajar lebih lanjut tentang desain grafis di IDS | International Design School menyediakan  Sekolah Desain dan Kursus Desain. Kamu juga bisa dapat gelar bachelor dari Universitas ternama di luar negeri.

Sumber: kettlefirecreative.com