Pengaruh Teknologi Terhadap Produksi dan Distribusi Film
Perkembangan teknologi meninggalkan banyak imbas pada setiap aspek kehidupan, salah satunya industri film. Bisa dikatakan jika perkembangan film dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Pengaruh teknologi pada produksi dan distribusi meningkatkan proses produksi film hingga mempermudah proses produksi film.
Penerapan teknologi dalam proses produksi film dapat terlihat pada kualitas film itu sendiri. Berupa peningkatan audio, visual, dan penggunaan efek. Kita tentu dapat melakukan perbandingan antara film yang dirilis 20 tahun yang lalu dengan film yang dirilis kemarin.
Alat perekam dan program-program perangkat lunak menjadi faktor utama dari perubahan film yang signifikan. Awalnya, film muncul dalam warna hitam putih dan bisu. Hanya berupa gambar yang bergerak dan seluruh warnanya hanya hitam putih. Saat itu film masih menggunakan film roll dan proyektor manual. Video yang diputar pun bergerak dengan cepat. Kecanggihan alat perekam merubah kualitas gambar dan suara yang terasa semakin nyata, warna yang lebih beragam, serta efek yang lebih menarik.
Pada film animasi, efek teknologi memberikan kontribusi berupa penciptaan kartun yang lebih kompleks, lebih terasa nyata. Film animasi pun berkembang hingga berbentuk 3 Dimensi. Proses pengerjaan film animasi yang mulanya digambar tangan, dengan teknologi capture information kreator dapat menerapkan CGI atau Computer Generated Imagery.
Kelebihan dari CGI adalah digital grading, yang dapat merubah warna asli objek pada saat pengambilan gambar dengan warna yang disesuaikan. Teknik ini disebut juga digital grading. Penggunaan CGI dapat mempermudah pengambilan gambar karena bisa dilakukan bersamaan pada saat editing.
Pada konteks distribusi, teknologi punya peran penting dalam mengakomodasi penyebaran film agar bisa dinikmati semua orang. Untuk menonton film seseorang tidak harus ke bioskop. Kemunculan televisi, internet, kepingan VCD dan DVD merupakan terobosan baru dalam menikmati sebuah film.
Penurunan kegiatan produksi dan pemasaran film, begitu terasa saat COVID-19 mewabah. Pada saat itu, jumlah film yang diproduksi sedikit, kegiatan produksi film pun terhenti, belum lagi pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menetapkan penutupan sementara bioskop.
Kala itu, industri perfilman terpuruk, proses produksi film sempat terhenti dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Banyak film yang rencana perilisannya diundur. Melalui data Box Office Global oleh Comscore tercatat jika pada tahun 2020 terdapat penurunan pendapatan, mencapai 70% dibanding pada tahun 2019 yaitu sebesar 12,2 miliar dollar AS.
Kerugian-kerugian tersebut mendorong para pelaku industri film mencari solusi baru dengan memanfaatkan teknologi. Akibat pandemi, beberapa kegiatan yang biasa dilakukan secara konvensional, kini telah berubah. Salah satu contohnya adalah dengan penggunaan platform digital sebagai media untuk menonton fim atau penyelenggaraan festival film.
Meski terdapat jarak pengalaman antara menonton film secara langsung dengan menonton film secara daring, namun pemanfaatan teknologi bisa jadi sebagai bentuk adaptasi dari perkembangan zaman. Penggunaan layanan Over The Top (OTT) sendiri sudah muncul sejak awal tahun 2000-an, penggunaannya kemudian meningkat sejalan dengan maraknya pengguna internet, yang kemudian semakin umum digunakan setelah pandemi COVID-19.
Menggunakan teknologi OTT dipandang sebagai sesuatu yang praktis dan aksesnya mudah. Pada akhirnya OTT mengubah perubahan budaya konsumsi masyarakat dalam menonton film. Bagi pelaku industri film, kehadiran teknologi OTT juga dimanfaatkan sebagai media alternatif kegiatan distribusi ekspor film. OTT dapat menjangkau lebih banyak penonton, kuantitas film yang ditawarkan melalui satu platform OTT juga tinggi, masa tayang yang tidak terbatas, selain itu terdapat perbandingan harga untuk menonton sebuah film dalam OTT. Keuntungan-keuntungan tersebut lah yang mendorong penonton beralih menggunakan layanan streaming.
Pelaku utama industri film pun dapat menyebarkan hasil karya mereka pada jangkauan konsumen yang lebih luas. Bahkan beberapa film sengaja disediakan pada layanan streaming saja. Mereka fokus dalam memasarkan filmnya secara eksklusif melalui layanan OTT. Metode ini memungkinkan film karya bangsa dapat bersaing langsung dalam pasar global.
Salah satu platform Netflix, dapat menyiarkan tayangannya di 190 negara. Sehingga pendapatan film tidak hanya terakumulasi dari pasar lokal. Dampaknya, distribusi film secara global mempengaruhi kenaikan penjualan film.
Pengaruh teknologi pada produksi dan distribusi film memang memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap proses konsumsi dan distribusi film. Namun, hal tersebut juga harus sejalan dengan sumber daya yang ada. Demi mengimbangi perkembangan teknologi, filmmaker juga harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang sepadan.
Tertarik untuk berkarier di industri film? Yuk belajar film di IDS | International Design School!
Mengapa harus kuliah film di IDS? Karena IDS memiliki Program Digital Film & Media Production mengajarkan keterampilan teknis dan estetika kepada mahasiswa untuk menciptakan film dan konten media beragam. Program ini dimulai dari pengembangan cerita, penulisan skenario, dan pembuatan storyboard hingga perwujudannya menjadi film. Mahasiswa juga akan belajar seluruh proses produksi yang mencakup penyutradaraan, manajemen produksi, sinematografi, tata artistik, tata suara, akting, dan penyuntingan. Selain itu, mereka akan mendapatkan panduan dalam memahami aspek manajemen dan bisnis konten dari sudut pandang pemasaran dan distribusi.