Blog
Aya & The Witch, Film Animasi 3D Pertama dari Studio Ghibli Menuai Pro dan Kontra
- July 16, 2020
- Posted by: ids
- Category: Articles
Animasi Jepang memiliki ciri khas dan jalan cerita yang menarik sehingga berhasil mendapat ruang tersendiri di hati penggemarnya. Jika kamu termasuk salah satu yang mengikuti perkembangannya, pasti tidak asing dengan yang namanya Studio Ghibli. Studio Ghibli adalah salah satu rumah produksi animasi terbaik di Jepang yang terkenal dengan berbagai film animasi legendaris dari tahun 80-an.
Animasi yang diproduksi mengedepankan kualitas dan ketelitian dalam setiap bingkainya. Mereka memegang prinsip orisinalitas dari setiap film animasi yang dibuat. Dari sekian banyaknya animasi yang diproduksi, baru-baru ini Ghibli akan memperlihatkan film terbaru mereka berjudul Aya and The Witch. Menariknya, Aya and The Witch sangat berbeda dari animasi-animasi yang telah diproduksi Ghibli sebelumnya.
Animasi Ghibli Pertama yang Menggunakan CGI Secara Keseluruhan
Aya and The Witch atau nama lainnya Aya to Majo menjadi satu satunya film produksi Studio Ghibli yang menggunakan CGI secara keseluruhan. Meski begitu, sang sutradara Hayao Miyazaki juga pernah menerapkan teknologi tersebut di beberapa filmnya seperti Princess Mononoke (1997) dan sejumlah adegan dalam film pendek Boro The Caterpillar (2018). Studio ini telah menggabungkan animasi komputer pada adegan-adegan yang tidak akan efektif dengan metode yang digambar tangan tradisional. Namun, jumlah ini hanya sekitar 10% total keseluruhan film.
Tidak Disutradarai Hayao Miyazaki
Film ini ternyata tidak disutradarai oleh Hayao Miyazaki, melainkan anaknya yaitu Goro Miyazaki. Namun, Hayao Miyazaki tidak sepenuhnya lepas tangan. Ia tetap mengambil bagian dalam film Aya and The Witch sebagai penulis naskah. Goro Miyazaki adalah pria kelahiran 1967 yang sebelumnya pernah menyutradarai beberapa film seperti Tales From Earthsea (2006), From Up on Poppy Hill (2011), dan yang terbaru yaitu Earwig and The Witch (2020). Aya and the Witch merupakan film yang diadaptasi dari salah satu novel milik Diana Wynne Jones berjudul Earwig and the Witch. Ia juga pernah menyutradarai TV Series Ronja, The Robber’s Daughter di tahun 2014.
Ini bukan kali pertama Ghibli mengadaptasikan cerita dari novel menjadi sebuah film. Sebelumnya, Tales from Earthsea juga diadaptasi dari novel Ursula K. Le Guin’s Earthsea. Selain itu, From Up on Poppy Hill juga berdasar dari manga karya Chizuru Takahashi dan Tetsuro Sayama bernama Kokurikozaka Kara di tahun 1980.
Plot Aya And The Witch
Meski telah menampilkan first look, Ghibi masih belum memberi informasi lebih detail terkait plot Aya and the Witch. Namun jika dilihat dari novelnya, Earwig and the Witch berkisah tentang seorang anak yatim piatu bernama Earwig yang tinggal di sebuah panti asuhan. Kehidupannya berjalan baik-baik saja hingga akhirnya diadopsi oleh penyihir bernama Bella Yaga dan Mandrake ke rumah yang penuh dengan kekuatan sihir, ramuan, dan buku-buku sihir. Berbekal kecerdasannya dan bantuan dari kucing yang bisa berbicara, Earwig berusaha mengalahkan penyihir yang membawanya ke rumah tersebut.
Seharusnya, Aya and The Witch tayang perdana di Festival Film Cannes. Namun, pandemi Corona membuat penyelenggaraan acara tersebut ditunda. Akibatnya, film ini dikabarkan akan rilis di stasiun TV NHK pada musim dingin 2020. Kehadiran Aya and The Witch menjadi kabar gembira bagi penggemar Studio Ghibli. Selain itu, ada juga film lain dari Studio Ghibli yang ditunggu-tunggu yakni How Do You Live yang dijadwalkan akan tayang pada tahun 2023.
Menuai Pro dan Kontra
Sebenarnya pembuatan film Studio Ghibli yang menggunakan efek 3D banyak menuai pro dan kontra pada penggemarnya. Salah satu penggemarnya ada yang menyayangkan pembuatan anime berbentuk 3D dari Ghibli dengan alasan akan menghilangkan ciri khas anime Ghibli. Namun, ada juga penggemar yang antusias dan tidak sabar menanti Aya and The Witch.