Blog

BAGIKAN

Memahami Video Digital: Dasar-dasar dan Perkembangan Terbaru

video animasi

Video digital adalah bentuk konten audio/visual yang diwakili dalam format biner, dimana informasi disajikan sebagai rangkaian data digital, berbeda dengan informasi analog yang disajikan dalam bentuk sinyal kontinu. Informasi analog yang datang dari alam memiliki sifat tak terhingga karena berasal dari pengukuran yang kontinu, seperti suara atau gambar.

Sebaliknya, informasi audio/visual digital terdiri dari unit data terpisah yang diatur secara berdekatan. Data ini direpresentasikan dalam bentuk nol dan satu, yang memungkinkan komputer untuk memahaminya. Meskipun data digital sebenarnya terdiri dari potongan-potongan diskrit, ketika data ini diputar atau direproduksi dengan cepat, mata dan telinga manusia menginterpretasikannya sebagai aliran kontinu yang tampak tanpa jeda.

Data analog, seperti rekaman video pada pita, disampaikan sebagai sinyal elektronik dengan variasi frekuensi atau amplitudo yang ditanamkan dalam gelombang pembawa pada frekuensi tertentu. Ini adalah perbedaan utama antara video analog dan video digital. Video digital lebih efisien dalam menyimpan dan mentransmisikan informasi karena sifat diskritnya.

Sejarah Video Digital

Video

Sejarah video digital adalah kisah perkembangan teknologi video dari era awal hingga masa kini. Berikut adalah beberapa titik penting dalam sejarah video digital:

  • 1950-an: Awal Perkembangan – Video digital memiliki akar yang kuat dalam komputasi. Pada tahun 1950-an, komputer digunakan untuk menghasilkan grafik digital pertama. Salah satu perangkat lunak awal untuk grafika komputer adalah “Whirlwind,” yang dikembangkan di Institut Teknologi Massachusetts (MIT).
  • 1960-an: Perkembangan Awal – Pada tahun 1960-an, komputer mulai digunakan untuk menghasilkan animasi komputer pertama. Salah satu contoh awal adalah “Sketchpad” yang dikembangkan oleh Ivan Sutherland. Perkembangan ini membuka jalan bagi penggunaan komputer dalam pembuatan grafika dan animasi.
  • 1970-an: Penyimpanan Digital – Pada tahun 1970-an, media penyimpanan digital, seperti piringan keras, mulai menjadi lebih umum. Hal ini memungkinkan penyimpanan dan pemrosesan data digital yang lebih besar, yang penting dalam perkembangan video digital.
  • 1980-an: Animasi 3D – Era ini melihat munculnya perangkat lunak animasi 3D awal, seperti “3D Studio” dan “Softimage.” Animasi 3D menjadi populer dalam produksi film dan iklan.
  • 1990-an: Animasi dan Efek Visual – Perkembangan perangkat lunak animasi dan efek visual terus berlanjut. Film-film seperti “Jurassic Park” (1993) dan “Toy Story” (1995) menggunakan teknologi animasi komputer untuk menciptakan karakter dan efek yang mengagumkan.
  • 2000-an: Revolusi YouTube – Munculnya YouTube pada tahun 2005 memberikan platform besar untuk berbagi video digital secara luas. Ini merombak cara orang mengonsumsi video dan menciptakan peluang baru dalam produksi video.
  • 2010-an: Kualitas Tinggi dan VR – Teknologi video digital semakin berkembang, dengan resolusi tinggi, 4K, dan bahkan 8K menjadi standar dalam produksi video. Virtual reality (VR) juga menjadi tren, memungkinkan pengalaman visual yang mendalam.
  • 2020-an: Perkembangan Terus Berlanjut – Video digital terus berkembang dengan teknologi AI dan realitas virtual. Ini memungkinkan pengolahan dan penyiaran video yang lebih canggih dan realistis.

Sejarah video digital mencerminkan perkembangan teknologi komputer dan perangkat lunak, mengubah cara kita menciptakan, menyimpan, dan mengkonsumsi video. Video digital telah mempengaruhi berbagai industri, termasuk hiburan, pendidikan, dan bisnis, dan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.

Bagaimana Konversi Analog ke Digital Dilakukan?

teknik editing video

Konversi analog ke digital adalah proses mengubah data atau sinyal analog menjadi format digital yang terdiri dari angka-angka biner. Ini adalah proses penting dalam dunia modern di mana banyak data dan informasi disimpan, ditransmisikan, dan diproses dalam bentuk digital. Berikut adalah cara konversi analog ke digital dilakukan:

  1. Sampling (Pengambilan Sampel): Proses dimulai dengan pengambilan sampel data analog pada titik-titik waktu tertentu. Ini dilakukan dengan frekuensi tetap, dan setiap sampel merepresentasikan nilai sinyal analog pada saat itu. Frekuensi pengambilan sampel ini disebut “tingkat sampel” atau “sampling rate.”
  2. Kuantisasi (Quantization): Setiap sampel analog yang diambil diubah menjadi representasi digital dengan mengukur nilainya dan mengkodekannya dalam format biner. Proses ini disebut kuantisasi. Semakin tinggi resolusi kuantisasi, semakin akurat representasi digitalnya
  3. Encoding (Pengkodean): Setelah kuantisasi, data digital disusun dalam format biner. Ini menghasilkan deretan angka biner yang merepresentasikan nilai sampel analog pada interval waktu tertentu.
  4. Bit Depth: Bit depth atau resolusi adalah faktor penting dalam konversi analog ke digital. Bit depth mengukur jumlah bit yang digunakan untuk merepresentasikan setiap sampel. Semakin tinggi bit depth, semakin besar rentang nilai yang dapat direpresentasikan, dan semakin akurat konversi.
  5. Filtering (Penyaringan): Proses konversi sering melibatkan penggunaan filter anti-aliasing untuk menghilangkan sinyal yang mungkin berada di luar jangkauan frekuensi yang dapat direpresentasikan oleh data digital. Ini membantu mencegah efek aliasing yang dapat merusak kualitas konversi.
  6. Penyimpanan atau Transmisi: Data digital yang dihasilkan dapat disimpan dalam berbagai format file digital atau ditransmisikan melalui jaringan komunikasi digital. Data tersebut kemudian dapat diproses, direproduksi, atau disajikan kepada pengguna sesuai kebutuhan.

Konversi analog ke digital sangat penting dalam berbagai aplikasi, termasuk rekaman audio, video, pemrosesan sinyal, komunikasi, dan banyak lagi. Hal ini memungkinkan fleksibilitas, penyimpanan yang efisien, dan pemrosesan data yang lebih akurat dalam lingkungan digital.

Yuk, ikuti program Short Course Digital Video di International Design School!

Profesi dalam dunia perfilman, seperti sutradara, produser, sinematografer, dan penulis naskah, membutuhkan pemahaman teknis yang mendalam. Kemampuan operasional dalam menggunakan perangkat lunak, pengeditan, rendering, dan penulisan naskah merupakan unsur integral dalam proses pembuatan film. IDS, sebagai penyelenggara kursus film terkemuka, sangat memperhatikan aspek-aspek ini.

Kelas kursus film di IDS difokuskan pada praktik lapangan yang mengasah kreativitas dan keahlian teknis pesertanya. Serangkaian aktivitas pembelajaran mensimulasikan pengalaman di set film profesional, memberikan gambaran nyata tentang dunia industri film.

Kelas ini memiliki dua jurusan utama, yaitu Video Editing dan Video Production. Dalam Short Course Video Editing, peserta mempelajari penggunaan perangkat lunak Adobe Premiere Pro CS6, manajemen aset, pengeditan dasar, hingga proses rendering menjadi file video. Pada akhir program, peserta diuji untuk mengedit film yang disediakan oleh IDS atau karya mereka sendiri.

Sementara itu, Video Production fokus pada proses produksi video yang akan didistribusikan melalui internet. Materi pembelajaran mencakup analisis konten viral, teknik storytelling, monetisasi video, dan ekosistem produksi video secara keseluruhan.