Blog
Sutradara Perempuan Indonesia yang Menginspirasi Dunia Perfilman
- August 5, 2015
- Posted by: IDS | International Design School
- Category: Articles
Siapa bilang sutradara merupakan pekerjaan untuk laki-laki saja? Di negeri kita Indonesia, sudah banyak bermunculan sutradara perempuan yang tidak kalah hebatnya dengan sutradara laki-laki pada umumnya. Beberapa film yang disutradarai oleh perempuan pun berani unjuk gigi dalam nominasi festival film, bahkan mampu memenangkan penghargaan dalam lingkup nasional maupun internasional. Tidak hanya pada awal tahun 2000-an, namun sutradara perempuan terus bertambah dari tahun ke tahun.
Berikut IDS akan memberikan siapa saja sutradara perempuan di Indonesia yang pernah meraih berbagai penghargaan di dunia perfilman dan tentunya menginspirasi! Check this out!
1. Nan T. Achnas
Nan Triveni Achnas at 43rd Karlovy Vary International Film Festival by Che “Petr Novák, Wikipedia” is licensed under CC BY-SA 2.5
Sutradara perempuan satu ini memulai karir dunia perfilmannya pada awal tahun 2000. Salah satu filmnya yang melegenda adalah ‘The Photograph’ (2007). Film berdurasi 99 menit ini mendapat kesempatan untuk ditayangkan secara komersil di Amerika dan Kanada. ‘The Photograph’ berhasil meraih kemenangan di Karlovy Vary International Film Festival, meski pada awalnya dinilai penjualan pasarnya kurang bagus di Indonesia, namun di luar negeri justru mendapat banyak sanjungan dari peminat fotografi serta film.
2. Nia Dinata
Nia Dinata User Profile Picture by Siska.Doviana is licensed under CC BY-SA 3.0
Sutradara perempuan berponi satu ini berhasil memperoleh penghargaan Achievement Award melalui karya film ‘Arisan! 2’ yang merupakan sekuel dari ‘Arisan!’ pada tahun 2003. Siapa sangka perempuan cantik ini mampu menjadi sutradara perempuan di Indonesia yang turut mewarnai layar lebar dalam kancah internasional dan berhasil dipilih sebagai film penutup yang diputar pada CinemAsia di Amsterdam, Belanda pada tahun 2012. Suatu kebanggaan tersendiri bagi Indonesia dan sutradara perempuan Nia Dinata, karena tidak semua film punya kesempatan untuk mendapatkan tempat menjadi film pembuka atau penutup pada acara Festival Film Internasional. Setelah diputar di Amsterdam, diputar juga di Los Angeles Asian Pacific Film Festival edisi ke-28, festival film bergengsi di Southern California dan San Fransisco, lalu pada ajang Frameline, LGBT Film Festival terbesar di dunia, Arisan! 2 menjadi Bay Area Premiere yang saat itu diperkirakan akan mendapatkan sekitar 57.000 penonton.
3. Kamila Andini
Kamila Andini (The Mirror Never Lies) | Source: berlinale.de
Sutradara perempuan dari film “The Mirror Never Lies” (2011) ini berhasil meraih dua Piala Citra FFI 2011, Film Terpuji di Festival Film Bandung 2012, dan juga berbagai penghargaan dari festival film dunia seperti Mumbai International Film Festival 2011, Asia Pacific Screen Awards 2012 di Brisbane, Australia, serta dua nominasi Asian Film Awards 2012 di Hong Kong. Dari film “The Mirror Never Lies”, Kamila mendapatkan gelar Sutradara Pendatang Baru Terbaik FFI 2011.
4. Mouly Surya
Film “Fiksi” (2008) berhasil menobatkannya sebagai sutradara perempuan Indonesia pertama yang meraih Piala Citra FFI 2008. Tidak hanya itu, film yang berjudul “What They Don’t Talk About When They Talk About Love (Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta)” juga berhasil mengangkatnya menjadi salah satu sutradara perempuan kebanggaan Indonesia karena memperoleh berbagai penghargaan film yang mendunia. Mouly Surya mendapat penghargaan di Sundance International Film Festival di Amerika Serikat, Rotterdam International Film Festival di Belanda, Goteborg International Film Festival di Swedia, dan Hong Kong International Film Festival di Hongkong.
5. Lola Amaria
Lola Amaria dan Film ‘Negeri Tanpa Telinga’ | Source: sooperboy.com
Perempuan cantik ini menerima penghargaan sebagai Sutradara Terbaik Film Indonesia di JIFFEST 2010. Film “Minggu Pagi di Victoria Park” (2010) adalah film yang mengantarkannya mendapat penghargaan pada FFI 2010 dan Piala Citra.
6. Upi
Upi | Source: lintas.me
Sutradara perempuan yang dulunya bernama Upi Avianto yang memiliki dandanan unik ini, sukses mengangkat karya filmnya yang berjudul “Realita, Cinta, dan Rock n Roll” (2005). Siapa yang tidak mengenal cerita “Radit dan Jani” (2008) yang telah mengantarkan Vino G. Bastian dan Fahrani menerima piala citra? Upi berhasil menjadi orang di balik layar yang turut menyukseskan film-film Indonesia bertema vintage, musik keras, dan tema anak muda lainnya.
7. Lasja Fauzia Susatyo
Lasja Fauzia Susatyo | Source: lintas.me
Dengan film “Sebelum Pagi Terulang Kembali”, sutradara perempuan ini berhasil terpilih menjadi penerima Piala Dewantara Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2014 untuk kategori Film Panjang Bioskop. Tidak hanya berhenti pada karya itu saja, Lasja Fauzia terus menekuni karirnya pada bidang perfilman.
8. Ratna Sarumpaet
Ratna Sarumpaet | Source: lintas.me
Ibu dari salah satu aktris terbaik Indonesia, Atiqah Hasiholan ini sukses menyutradarai film “Jamila” dan “Sang Presiden” (2009). Film ini berhasil menerima penghargaan di Asia Pacific Film Festival 2009 yang diselenggarakan di Taipei dan NETPAC Award di Asiatic Filmmediale 2009 di Roma, Italia. Selain itu, ia juga memperoleh enam nominasi Piala Citra FFI 2009 dan didaftarkan menjadi wakil Indonesia di Oscar 2010.
Itu tadi sederetan nama-nama sutradara perempuan Indonesia yang pastinya mampu menginspirasi kamu bahkan dunia perfilman. Bagaimana dengan kamu? Mau jadi sutradara yang menginspirasi juga?Yuk belajar di Sekolah Film IDS atau ikuti Kursus Film IDS.
By: Karina N Noviradini
Source: 1 2 3 4 5 6 7
Image Credit: Nan Triveni Achnas at 43rd Karlovy Vary International Film Festival by Che “Petr Novák, Wikipedia” is licensed under CC BY-SA 2.5
Mau jadi Sutradara Indonesia yang Dapat Menginspirasi Dunia Perfilman? Yuk Belajar di Sekolah Film IDS. Klik Infonya Di Sini!