Blog
Serunya Seminar Sound Design and Woman in Filmmaking
- April 17, 2013
- Posted by: Idseductaion
- Category: News
Suasana ramai mewarnai kampus IDS | International Design School, pada hari Sabtu, 6 April 2013 lalu. Sebanyak puluhan peserta memadati seminar Sound Design dan Woman In Filmmaking. Seminar yang terbagi menjadi 2 sesi ini, mendatangkan Bambang Winandar, Independent Music Professional, Founder, serta Composer Barik Digital dan Apsee Fransetya Kusuma, M-Audio dan Pro Tools Product Specialist sekaligus Owner, Arranger and Sound Engineer d’Ratio Studio sebagai pembicara sesi pertama. Jika sesi pertama dipenuhi oleh kaum-kaum Adam yang keren, pada sesi ke dua giliran kaum-kaum Hawa yang membuat seminar semakin menarik. Ada Renny Fernandez, film director, music clip director serta mentor Lenovo Co:Lab, Stephanie Arifin Art and Fashion Director, Fashion Film Director Le Vecu, dan Naya Anindita Film Director dan Produser Web Series Jalan-Jalan Men!.
(INFO: seminar ini merupakan bagian dari program Sekolah Film)
Pada sesi pertama, kedua pembicara berbincang-bincang mengenai pentingnya unsur suara dalam produksi film, dipandu oleh Pandu Birantoro, Program Head Digital Film and Media IDS . “Suara itu sangat penting, suara dapat menyatukan emosi penonton dengan ekspresi film”, ucap Bambang Winandar. Yap, memang benar, bisa dibayangkan jika adegan perang tanpa ada efek suara perang? pasti akan terasa mengganjal. Di sesi pertama seminar Apsee turut berbagi pengetahuan dalam ilmu suara seperti bedanya audio 8-bit, 16-bit, 24-bit, serta jenis-jenis microphone yang biasa digunakan untuk merekam. Puncak keseruan pada sesi ini terjadi saat peserta diminta untuk mengisi foley (sound effect) pada film animasi pendek (karya mahasiswa IDS) yang sudah dihilangkan suaranya.
“Seminar ini bagus, apalagi untuk orang yang baru bekerja di dunia broadcast, tapi sebelumnya bukan komunikasi atau jurusan broadcast lainnya”, ucap Marda Retnosari, peserta pada sesi pertama yang bekerja sebagai Set Designer MNC TV. Lain halnya dengan Marda, Johan Kurniawan salah satu peserta pada sesi pertama menyayangkan waktu yang sangat singkat untuk sesi pertama, “Kurang lama waktunya padahal masih penasaran”, tuturnya.
Sesi kedua seminar dibuka dengan pemutaran berbagai video klip musik dan iklan karya Renny Fernandez, diakhiri dengan trailer film layar lebar pertama Renny tentang Soekarno. Renny, yang merupakan mentor kompetisi Lenovo CO:LAB juga mengajak peserta untuk men-submit karyanya ke Lenovo CO:LAB. “Kalau punya karya, kalian harus PD tunjukin karya kalian, jangan disimpan sendiri, nanti gak ada yang tahu kehebatan kalian dong”, ucapnya.
Setelah Renny memutarkan karyanya serta berbagi pengalaman sebagai sutradara film dan music clip, giliran Stephanie Arifin, yang memutarkan Fashion film hasil karyanya berjudul Le Vécu. “Aku ingin art director Indonesia bisa dikenal dan diakui di lingkup global”, ucap Stephanie. Seminar sesi ke dua dilanjutkan dengan pemutaran trailer film pendek Naya Anindita yang akan datang berjudul Anna dan Ballerina. Film ber-genre Sci-Fi-Drama ini bercerita tentang hubungan antara ayah dan putrinya yang ingin menjadi ballerina. Seminar ditutup manis dengan foto bersama seluruh peserta dengan pembicara.
“Dengan adanya seminar ini semoga teman-teman semakin terbuka dengan pentingnya suara dalam film, jadi bisa lebih menghargai suara hasil karya orang lain sekaligus memberikan apresiasi dan sebuah demonstrasi karya-karya woman filmmaker yang memang berbeda dengan man filmmaker, karena pada dasarnya industrinya sendiri didominasi sama pria”, ucap Pandu Birantoro menutup seminar Sound Design and Woman in Filmmaking.