Blog
Alasan Animasi 3D Lebih Diminati, Tanda 2D Bakal Mati?
- January 8, 2020
- Posted by: IDS | International Design School
- Category: Articles
Di era modern dengan perangkat komputer canggih saat ini, film animasi 3D menjadi lebih populer dan diminati daripada 2D, atau film live action sekalipun. Ada alasan berbeda kenapa animasi 3D bisa jadi lebih diminati dibandingkan 2D dan film live action.
Sebelumnya, mari kita membahas apa itu film animasi 3D. Pengertian secara singkat berarti menciptakan gambar 3D bergerak dengan bantuan komputer. Detail karakter yang dihasilkan lebih kompleks dibandingkan karakter 2D.
Film animasi 3D juga punya kebebasan jalan cerita yang seringkali tak bisa disuguhkan film live action. Ini karena film live action punya keterbatasan untuk menampilkan adegan yang berbahaya atau bahkan yang mustahil dilakukan. Berbeda dengan animasi 3D yang bisa menampilkan adegan ‘khayal’ sekalipun.
Beda Proses Pembuatan 3D dan 2D
Sebelum teknologi komputer berkembang, tiap gerakan animasi 2D digambar manual oleh ilustrator kemudian ditampilkan bergantian sehingga terlihat seperti gambar bergerak. Menggunakan cara ini bisa dibayangkan waktu dan tenaga yang dicurahkan untuk membuat film animasi 2D.
Setelah ada bantuan komputer, tiap gerakan di film animasi 2D tak lagi digambar manual. Sekalipun begitu, hasil yang ditampilkan di film tak terlihat realistis jika dibandingkan film animasi 3D.
Beralih ke pembuatan animasi 3D, awalnya adalah pembuatan sketsa karakter. Ilustrator menggambarkan karakter dalam berbagai pose yang diperlukan agar nantinya bisa digerakkan dengan bantuan komputer. Yang dibutuhkan dalam proses ini software 3D seperti Autodesk Maya atau 3ds Max.
Karena gerakannya lebih natural dan realistis, film animasi 3D menjadi lebih diminati dibandingkan animasi 2D. Malahan, animasi 3D juga diterapkan di film live action, untuk adegan yang berbahaya atau sebagai tambahan efek agar film jadi lebih menarik.
Film Animasi 2D Mulai Jarang Muncul di Layar Lebar
Alasan industri film animasi 2D tengah mengalami penurunan sebenarnya sederhana. Hal ini lebih karena banjirnya film animasi 3D yang membuat penonton menjadi terbiasa melihat gambar dengan detail lebih kompleks.
Pada akhirnya, sulit mengajak penonton menghabiskan uangnya menonton film animasi 2D. Ini juga tercermin dari pendapatan kotor film animasi 3D seperti Frozen atau The Lion King. Bandingkan dengan film animasi non 3D seperti Kubo and the Two Strings atau Treasure Planet yang jeblok di pasaran.
Industri film box office selalu berpatokan kepada angka. Bukannya industri film yang memutuskan animasi 3D lebih baik dibandingkan 2D, hanya saja film animasi 3D lebih banyak menghasilkan uang dan tentunya keuntungan.
Masa Depan Film Animasi 2D
Sekalipun kurang diminati, film animasi 2D tetap punya pangsa pasar tersendiri. Dan karena biaya produksi yang lebih murah, banyak film animasi yang beredar dibuat oleh ilustrator freelance atau studio kecil.
Distribusi film animasi 2D juga beralih dari dulunya di layar lebar dan televisi menuju platform sosial media, seperti facebook, instagram atau youtube.
Plot ataupun jalan cerita juga punya andil penting dalam kesuksesan sebuah film. Entah itu animasi 3D ataupun 2D, gambar yang bagus saja tanpa membawa penonton masuk ke dalam cerita yang dibangun tak bisa meninggalkan kesan yang bagus begitu film berakhir. Jadi pastikan juga kamu memikirkan jalan cerita yang tepat untuk karakter yang sedang kamu buat.
Buat kamu yang tertarik berkarir produksi film animasi bisa mulai dengan membuat sketsa 2D sederhana baru kemudian berlanjut ke kreasi karakter 3D yang lebih kompleks. Kamu bisa belajar animasi lebih dalam dan menggunakan operasi pengolah gambar 3D dengan mengikuti program digital animation di IDS | International Design School.