Blog
Apa itu Cult Movie?
- April 2, 2019
- Posted by: IDS | International Design School
- Category: Articles
Barometer kesuksesan sebuah film bisa berasal dari berbagai variabel. Penjualan tiket, reaksi penonton dan penilaian kritikus boleh jadi dianggap sebagai indikator utama berhasil atau tidaknya film yang telah dirilis. Namun, sepanjang sejarah industri film terdapat beberapa karya yang secara komersial dan kritikal tidak mendulang sukses tetapi berhasil meraih cult following.
Cult movies sendiri memiliki beragam interpretasi di kalangan masyarakat luas. Film yang dikategorikan cult memiliki fanbase setia yang pada umumnya secara berkala menonton karya tersebut berulang-ulang dan bahkan mendiskusikan elemen-elemen film hingga yang paling mendetail. Di sisi lain, sejak dicetuskannya istilah cult movie telah terjadi perdebatan yang masih berlangsung di kalangan pecinta film mengenai hal apa yang sebetulnya harus dimiliki dan tidak boleh dimiliki oleh sebuah film agar bisa dikategorikan sebagai cult.
Film-film dari Quentin Tarantino adalah contoh sahih dari perdebatan tersebut. Pulp Fiction misalnya, film ini masih sering diputar pada memiliki penggemar setia yang hingga hari ini membicarakan betapa revolusioner karya tersebut bagi industri film. Tetapi, kesuksesan box office dari film yang dirilis pada tahun 1994 tersebut menimbulkan anggapan bahwa Pulp Fiction terlalu mainstream untuk bisa dianggap sebagai cult movie.
Terlepas dari standarisasi kesuksesan materiil, satu hal yang tidak bisa dipungkiri ialah tidak ada batas dari segi penilaian kritis bagi sebuah karya untuk masuk dalam kategori cult. Film yang nyeleneh, liar dan bahkan cenderung tidak rasional memiliki daya tarik tersendiri bagi penggemar hingga filmmaker profesional.
Tengok saja film The Room, yang menjadi contoh utama dari sub-kategori film “cult yaitu so bad, it’s good”. Film yang disutradarai, dibintangi, diproduseri dan ditulis oleh Tom Wiseau ini sarat akan kecacatan secara teknis, penceriteraan dan acting. Hal itu malah membuat film ini disukai oleh penonton secara ironis dan menghadirkan penggemar setia yang secara berkala menyaksikan film ini secara masal.
Bagus atau tidaknya sebuah film, seperti karya seni lainnya, adalah hal yang sangat subjektif namun kecintaan dari penggemar kepada dunia film secara keseluruhan adalah sesuatu yang mutlak. Baik sebuah karya diterima karena kreatifitas yang tidak konvensional atau karena kekonyolan yang tidak disengaja, karya film akan selalu menjadi enigma bagi masyarakat.
Satu hal yang pasti, sineas-sineas film dari berbagai penjuru dunia akan terus berinovasi untuk menghadirkan karya yang menarik dan diharapkan menjadi bagian dari kebudayaan modern. Tinggal bagaimana kita, sebagai penonton, mempersiapkan diri untuk menyaksikan karya-karya yang nantinya akan semakin tidak lumrah.
Source:
1 2 3 4 5
Picture Source:
1 2 3 4