Blog
Film Indonesia di Kancah Internasional
- November 6, 2013
- Posted by: Herti Annisa
- Category: Articles
Loetoeng Kasaroeng menjadi titik awal dalam perfilman Indonesia. Film yang digarap oleh sutradara Belanda, G. Kruger dan L. Heuveldorp merupakan film pertama yang dibuat di Indonesia. Loetoeng Kasaroeng merupakan film bisu yang dirilis pada tahun 1926. Bandung menjadi tempat pemutaran perdana film ini, dari tanggal 31 Desember 1926 sampai 6 Januari 1927, di Bioskop Metroploe dan Bioskop Majestic.
Nah, bisa dikatakan Lotoeng Kasaroeng adalah film pertama bagi masyarakat Indonesia. Meskipun diproduksi oleh bangsa luar, pemain dari film yang berlatar belakang Suku Sunda ini ternyata diperankan oleh aktor dan aktris pribumi. Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian, perkembangan perfilman di Indonesia bisa dibilang semakin baik, terbukti terdapat film indonesia yang sudah masuk ke dalam kancah internasional. Di antaranya adalah 5 film yang akan IDS | International Design School bahas kali ini.
1. The Raid
Bagi kamu pecinta film action, pasti pernah nonton film yang diperankan oleh Iko Uwais, Donny Alamsyah, Joe Taslim, Ray Sahetapy, dan lain-lain ini. Film yang menampilkan keindahan seni bela diri pencak silat ini ternyata mampu menghipnotis masyarakat luar. The Raid menjadi film pertama Indonesia yang masuk bioskop di Amerika. Namun, tak hanya Amerika, film indonesia besutan Gareth Evans ternyata beredar pula di Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, Austarila, dan lainnya. Film ini pertama kali dirilis pada Festival Film International Toronto sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Madness. Setelah pemutaran film tersebut, banyak kritikus yang memuji film The Raid sehingga memperoleh The Cadillac People’s Choice Midnight Award pada tahun 2012. Tak hanya itu, The Raid mendapat penghargaan The Best Film dan Audience Award di Jameson Dublin International Film Festival 2012 serta menjadi salah satu karya yang paling disukai panitia Sundace Festival 2012.
2. Pintu Terlarang
Pintu Terlarang yang diperankan oleh Fachri Albar, Marsha Timothy, Ario Bayu, dan lainnya dirilis pada tahun 2009. Film bergenre horor ini memang kurang mendapat apresiasi di Indonesia. Namun, siapa yang sangka bahwa film garapan Joko Anwar ini bisa dibilang sukses di kancah internasional. Film adaptasi dari novel karangan Sekar Ayu Asmara ini berhasil terpilih untuk diputar pada ajang International Film Festival Rotterdam ke-38 pada 21 Januari hingga 1 Februari 2009. Tak hanya itu, film ini juga berhasil meraih penghargaan Best of Puchon di Puchon International Fantastic Film Festival yang digelar pada 16-26 Juli 2009 di Korea Selatan. For your information, poster film ini ternyata dibuat oleh Mayumi Haryoto, alumni IDS lho. Wah!
3. Daun di Atas Batal
Garin Nugroho menjadi sutradara pada film yang dirilis pada tahun 1998 ini. Sebenarnya, film yang diproduksi oleh Christine Hakim—sekaligus pemeran dalam Daun di Atas Bantal—selesai pada bulan Oktober 1997. Namun, akibat krisis ekonomi di Indonesia, film ini harus diundur sehingga diproduksi di Australia. Berlatar belakang di Yogyakarta, film indonesia ini bercerita tentang Asih yang memiliki anak bernama Heru, Sugeng, dan Kancil yang hidup dari menjual ganja agar bisa keluar dari kemiskinan. Film ini mendapatkan beberapa penghargaan internasional, di antaranya Best Film dan Best Actress—yang diraih Christine Hakim—dalam Asia Pasific Film Festival pada tahun 1998; Singapore International Film Festival dalam kategori Silver Screen Award Best Asian Feature Film, dan Tokyo International Film Festival pada tahun 1998, di mana Garin Nugroho memperoleh Special Jury Prize.
4. Pasir Berbisik
Film indonesia yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Didi Petet, Dessy Fitri, dan lain-lain diproduksi pada tahun 2001. Film berlatar belakang di Jawa Timur ini memiliki daya tarik yang luar biasa karena ketajaman ide cerita serta pesona keindahan alam Gunung Bromo. Pasir Berbisik yang disutradarai oleh Nan Achnas, mendapatkan banyak penghargaan. Adalah Best Cinematography Award, Best Sound Award, dan Jury’s Special Award For Most Promising Director dalam Festival Film Asia Pasific pada tahun 2001. Tak hanya itu, Dian Sastrowardoyo memenangkan Artis Wanita Terbaik pada Festival Film Asiatique Deauville 2002 dan Festival Film Antarbangsa Singapura ke-15. Di Indonesia, Daun di Atas Bantal memenangkan 8 kategori dalam Festival Film Indonesia 2004, di ataranya Film Terbaik, Aktris Terbaik (Dian Sastrowardoyo dan Christine Hakim), Aktor Pendukung Terbaik (Didi Petet dan Slamet Rahardjo), Aktris Pendukung Terbaik (Dessy Fitri), Sinematografi Terbaik (Yadi Sugandi), Tata Artistik Terbaik (Frans X.R. Paat), Tata Musik Terbaik (Thoersi Agreswara), dan Tata Suara Terbaik (Adimolana Machmud dan Hartanto).
5. Laskar Pelangi
Nah, siapa yang belum nonton film indonesia yang diadopsi novel laris karya Andrea Hirata? Laskar Pelangi menjadi salah satu film yang banyak mendapat penghargaan. Film yang disutradarai oleh Riri Riza menjadi salah satu film yang diputar pada Festival Film International Fukuoka 2009 di Jepang. Tak hanya di Jepang, film ini juga diputar di Barcelona Asian Film Festival 2009 di Spanyol, Singapore International Film Festival 2009, 11thUdine Far East Film Festival di Italia, dan Los Angeles Asia Pacific Film Festival 2009 di Amerika Serikat. Film yang berkisah tentang mimpi 10 anak di desa terpencil dalam mengenyam pendidikan tersebut, juga mendapat beberapa penghargaan setelah dirilis. Salah satunya adalah The Golden Butterfly Award untuk kategori Best Film di International Festival of Film For Children dan Young Adults di Hamedan, Iran. Di tahun yang sama menjadi nominasi film terbaik di Berlin International Film Festival dan editor terbaik Asian Film di Hongkong.
6. Rectoverso
Rectoverso merupakan film omnibus atau gabungan beberapa film yang mengadaptasi dari kumpulan cerita dan lagu karya Dewi Lestari. Film yang dirilis di hari valentine 2013 ini disutradarai oleh lima artis Indonesia. Ialah Marcella Zalianty (“Malaikat Juga Tahu”), Rachel Maryam (“Firasat”), Cathy Sharon (“Cicak di Dinding”), Olga Lydia (“Curhat Buat Sahabat”), dan Happy Salma (“Hanya Isyarat”). Film yang bertemakan cinta tak terungkap ini ternyata mendapat penghargaan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di Indonesia saja, dalam Indonesia Movie Award 2013, meraih penghargaan kategori Pemeran Pasangan Terbaik (Dewi Irawan & Lukman Sardi), Pemeran Utama Pria Terbaik (Lukman Sardi), da Pemeran Pendukung Wanita Terbaik (Dewi Irawan). Di kancah internasional, memenangkan kategori Jury Special Award dalam Asean International Film Festival & Award 2013 dan Festival De Cannes 2013, European Premiere, meraih Prestige Screening.
7. Eliana-Eliana
Film besutan Riri Riza di tahun 2002 ini banyak mendapatkan pengharaan. Di antaranya adalah Best New Director di Singapore International Film Festival dan Dragon & Tiger Awards di Vancouver International Film Festival. Sedangkan untuk pemerannya, Jajang C Noer mendapat penghargaan Best Actress pada Cinema Festival of Asian Cinema di new Delhi dan Best Actrees di Daeuville International Film Festival 2003 yang diraih oleh Jajang C noer dan Rachel Maryam.
8. Berbagi Suami
Film yang dirilis pada tahun 2006, disutradarai oleh Nia Dinata. Nia sendiri mendapat penghargaan Best Director (Prix de la meilleure Realisation) pada Brussel International Independent Film Festival 2007 di Belgia. Tak hanya itu, film ini juga menjadi salah satu Official Selection di Bangkok International Film Festival 2007. Film bercerita tentang poligami ini mengalahkan film-film dari 47 negara di Hawaii International Film Festival 2006, dalam penghargaan Golden Orchid Award sebagai Film Terbaik.
Delapan film di atas menjadi bukti bahwa perfilman di Indonesia cukup dianggap di kancah internasional. Bagi kamu yang tertantang untuk membuat film yang bisa diakui dunia, IDS membuka kesempatan. Dengan mengikuti College Program Digital Media and Film Production kamu akan belajar 1 tahun yang bisa mengantarkanmu menjadi sutradara dan produser film profesional.
Photo Credit: Jonathan Kos-Read via Compfight cc