Blog
Kaya Cerita Nusantara, Animasi Indonesia Justru Dinilai Tidak Berkembang
- January 27, 2021
- Posted by: ids
- Category: Articles
Dilansir dari Tempo.com, pada webinar “Animasi di Indonesia: Jaringan Sosial dan Pengembangan Konten Lokal.” dibahas mengenai alasan industri animasi di Indonesia tidak berkembang. Webinar ini dilakukan pada 11 Desember 2020 kemarin, di Pusat Penelitian Kewilayahan (P2K) LIPI (Lembaga ILmu Pengetahuan Indonesia).
Peneliti pusat studi pancasila UGM, Aris Arif Mundayat mengenai hal yang seringkali mengganggunya yaitu “mengapa cerita rakyat Indonesia tidak dibuat versi animasinya”. Padahal ada lebih dari 366 cerita rakyat khas Indonesia yang bisa dibuat versi film animasinya. Aris menduga hal ini bukan dikarenakan persoalan teknis melainkan karena banyak animator lokal yang mendapat kontrak untuk ikut proyek animasi global.
Yudhi Soerjoatmodjo selaku Direktur dan Kurator-Produser Dapoer Dongeng Noesantara menjelaskan bahwa dirinya menyadari hal yang serupa saat ia menjadi pemimpin perusahaan game lokal. Menurutnya, sebenarnya kreativitas orang Indonesia ini mampu bersaing secara visual dan digital namun masih belum baik dalam hal storytelling.
Dia mengatakan jika animator indonesia kebanyakan hanya membuat gambar baru tanpa membuat alur cerita yang baru dari sebuah cerita rakyat yang ada. Contohnya dalam cerita Mahabarata, yang paling terkenal hanya cerita tentang perang antara Pandawa dan Kurawa. Kalaupun ini dikreasikan, biasanya yang diubah hanya senjatanya.
“Padahal banyak cerita-cerita sampingannya yang menarik,” jelas Yudhi.
Dia juga menemukan persoalan wawasan. Menurutnya banyak kreator yang tidak suka menambah wawasan dan hanya membaca atau melihat yang ada di sekitar mereka. “Jadi kalau bicara game ya mereka hanya suka animasi, desain grafis. Mereka tidak suka baca sastra, dan informasi lainnya,” ungkap Yudhi.
“Kita seperti tidak punya ide dan gagasannya bahkan sangat miskin,” tambahnya. “Ini merupakan tantangan besar bagi kami karena kreator di Indonesia hanya menjadi penjahit saja, bukan pencipta. Mereka hanya mengikuti yang diarahkan dari industri besar di Amerika, Jepang dan Korea tapi tidak membuat karya orisinil,” tambah Yudhi.
Fransiska Prihadi, seorang Direktur Program Minikino yang merupakan organisasi sebuah festival film pendek Indonesia mengungkapkan bahwa kreator Indonesia membutuhkan kesadaran dan pendidikan yang lebih luas jika ingin sukses di bidang animasi. Dia juga mengusulkan agar pemerintah mampu memperkuat perpustakaan audio visual agar para kreator mampu memanfaatkan dan menciptakan bagaimana sistem dan infrastruktur yang mereka butuhkan.
Jika kamu tertarik dengan dunia animasi dan ingin menjadi animator handal, ambil kelas animasi di IDS Education yuk dan raih mimpimu menjadi seorang animator!