Blog
“Film is a journey” hal itulah yang diungkapkan salah satu filmmaker Indonesia, Pandu Birantoro. Menurutnya, melalui sebuah film, kita jadi tahu kebudayaan orang, kebudayaan negara lain, hingga kebiasaannya.
“Dengan film, kita jadi ngerti cara pandang orang lain seperti apa. Akhirnya, di ending sebuah film kalian akan mempertanyakan siapa diri kalian? Apa sih yang membuat kalian tertarik dengan film itu? Apa sih yang akan didapat dari film tersebut? Itulah arti film yang sesungguhnya,” jelas Produser dari film omnibus peraih Piala Maya berjudul Omnibus Sinema Purnama, Pandu Birantoro.
Apalagi, di tahun 2018 ini banyak berbagai film baik lokal maupun Hollywood yang akan masuk ke Indonesia dan menghiasi layar lebar. Genrenya pun beraneka ragam, mulai dari horor, superhero, drama, thriller, hingga action.
Berdasarkan data yang diambil dari https://www.imdb.com, tercatat ada 16 film Hollywood yang akan meramaikan bioskop Indonesia, seperti Avengers: Infinity War, Pacific Rim Uprising, Tomb Raider, The Incredibles 2, dan masih banyak lagi. Berdasarkan https://filmindonesia.or.id/ sederet film Indonesia, seperti Danur 2: Maddah, Teman Tapi Menikah, Kulari Ke Pantai, dan beberapa film lainnya yang mungkin saja akan memunculkan fenomena perolehan penonton layaknya film Dilan: 1990 yang berhasil memperoleh hingga 6.311.490 penonton, Pengabdi Setan yang berhasil memperoleh hingga 4.206.103 penonton, dan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 2 dengan 4.083.190 penonton.
Menurut Pandu, berbagai film yang dapat meraih pendapatan dan perolehan penonton yang fantastis, biasanya memiliki 3 kriteria, pertama dari segi Entertainment (menghibur).
“Mau bikin film apapun, intinya tetap akan menghibur seseorang kan? Membagi cerita ke masyarakat,” katanya.
Kedua, sebuah film biasanya memiliki nilai atau unsur budaya mau apapun genrenya,horror atau komedi, pasti akan ada sebuah perbedaan, contoh film horor Jepang dan Indonesia yang memiliki perbedaan kultur.
“Terakhir, sebuah film harus bernilai ekonomis. Ekonomis di sini dalam artian film itu bisa diperjualbelikan, ditonton. Contohnya seperti Star Wars. Orang sudah punya ekspektasi film itu akan seperti apa produknya. Ketiga hal tersebut menjadi ciri ciri film yang baik, karena ketiganya dapat mengubah pemikirian dan sudut pandang orang,” tutupnya.