Membuat Falling Action yang Menarik dan Berdampak di Skenario
Banyak dari para penulis skenario yang seringkali sulit untuk bisa menghindari hal-hal tricky dalam penyampaian narasi, dan biasanya hanya di beberapa bagian, dan yang membingungkan itu bukan di ide ataupun judulnya, tetapi di Falling Action-nya. Falling Action sendiri merupakan periode antara klimaks dan kesimpulan cerita. Pada bagian itu, konflik sudah mencapai klimaks dan sudah mulai mereda. Tentunya, tinggal membuat kesimpulan yang sama menariknya dengan konflik. Buat kamu yang masih kebingungan bagaimana cara membuat Falling Action yang menarik di skenario, bisa langsung simak aja nih penjelasan lebih lanjutnya. So, check it out!
Apa itu Falling Action?
Falling Action adalah periode antara klimaks dan kesimpulan cerita. Ini adalah bagian penting dari penceritaan yang mana ketegangan sudah mulai reda dan menunjukkan bagaimana karakter kita telah berubah (atau tidak), sudah menyesuaikan diri atau belum setelah berbagai peristiwa atau kejadian yang baru saja dilihat penonton. Tetapi, bagian yang kita kira simple ini malah merupakan bagian yang rumit, karena ternyata plot masih terus terjadi selama Falling Action. Saking tricky dan rumitnya, periode ini dapat menjadikan ending kisah yang disampaikan terasa bagus atau malah terasa hancur. Kalau terlalu sedikit Falling Action malah terasa buru-buru. Lalu, jika terlalu banyak Falling Action akan memberikan kesan bahwa ending terlalu banyak menyeret aspek sana-sini, sehingga menghilangkan minat audiens pada most critical point yang ditunggu-tunggu.
Bagaimana Falling Action Masuk dalam Struktur Cerita?
Berikut ini merupakan struktur Piramida Five-Act menurut penulis Jerman Gustav Freytag, yang menempatkan Falling Action sebagai bagian kedua hingga terakhir dari cerita.
- Eksposition/eksposisi: Mempelajari semua detail yang diperlukan tentang karakter utama dan pendukung Anda, serta status quo dunia tempat mereka tinggal
- Inciting Incident/Insiden yang menghasut: Momen yang mengubah cerita ke arah yang berbeda, mengganggu status quo, dan menjadikan karakter utama dalam narasi melakukan tindakan untuk mulai mencapai tujuan mereka
- Rising Action/Tindakan yang meningkat: Karakter utama menghadapi serangkaian rintangan yang semakin meningkat dan menjauhkan mereka dari tujuan mereka
- Climax/Klimaks: Titik ketegangan dan drama tertinggi dimana karakter utama menyelesaikan konflik mereka dan mencapai tujuan mereka
- Falling Action: akibat atau lankjutan peristiwa setelah klimaks yang dilakukan karakter utama, hal ini menjadikan penonton memperkirakan apa saja yang telah berubah.
- Denouement/Kesimpulan dan Penutup: Penonton sepenuhnya memahami seperti apa status quo baru untuk karakter utama Anda di masa depan
Selanjutnya ada struktur Three-Act yang lumayan mirip dengan struktur sebelumnya. Namun, pada struktur ini, Falling Action harus dimulai sekitar pertengahan babak ketiga akting film.
Dilihat sekilas, Falling Action-nya sedikit lebih lamban dan membosankan saat menunggu untuk menyelesaikan ceritanya. Tetapi tidak begitu, plot twist baru dan konflik kecil dapat diperkenalkan selama Falling Action, mulai dari bagaimana karakter utama menangani perkembangan yang terjadi, hingga menunjukkan cara mereka tumbuh atau menghargai diri sendiri.
Dalam beberapa kasus, klimaks sebuah cerita itu berbentuk realisasi walaupun memang klimaks selalu dikaitkan dengan pasca ‘pertempuran hebat’. Pada klimaks realisasi, saat konflik selesai dan karakter antagonis kalah selama Falling Action, pada saat yang sama karakter utama menerima realisasi dari segala peristiwa yang terjadi. Falling Action yang baik adalah bagian yang ringkas namun dapat menggerakkan siapapun yang melihatnya (bahkan karakternya sendiri), serta dapat menyampaikan dengan jelas dan mudah dipahami mengenai pesan dari seluruh konflik dan klimaks di cerita.
Apakah Diharuskan untuk Menggunakan Falling Action?
Tidak. Yang penting sesuai tema dan ritme cerita serta tujuannya. Bahkan di film horor “The Texas Chain Saw Massacre” tahun 1974 (Spoiler Alert) Adegan ending-nya itu karakter Sally Hardesty tertawa histeris saat dia melarikan diri di belakang truk dari Leatherface yang sangat mengerikan, adegannya pun langsung terpotong oleh credit. Ending yang terkesan ‘kacau’ ini tidak menyisakan waktu untuk bernafas dan memang disengaja. Tujuan film ini memang agar penonton merasa tidak tenang.
Falling Action pun masih efektif jika sangat pendek atau hanya satu adegan singkat. Contohnya dalam film “The Graduate,” klimaks cerita dimulai ketika — spoiler alert! — karakter Benjamin mengusir Elaine dari pernikahannya. Para pemuda yang kawin lari naik ke bus sambil berbahagia, tetapi tidak lama kebahagiaan itu memudar dan ekspresi mereka meredup tepat sebelum film berakhir. Falling Action ini sengaja membuat karakter dan penonton tidak yakin bagaimana kisah pada masa depannya, serta pastinya bertanya-tanya. Falling Action seperti ini tidak gagal.
Pada tahap awal penulisan, penulis harus tahu menggunakan Falling Action bukanlah hal yang mudah dan harus lebih cekatan lagi dalam penulisannya. Line cerita harus diikuti dengan baik sehingga tidak terkesan terburu-buru, belum terselesaikan, meninggalkan plot hole dan banyak pertanyaan kepada audiens (dalam artian kurang baik). Jika kamu sudah di zona aman dalam menulis struktur dasar, maka kamu sebagai penulis pun bisa menyisipkan Falling Action.
Cara Menulis Falling Action (Beserta Contoh)
Dalam menulis Falling Action, penulis harus memahami karakter yang mereka buat dan titik perjalanan mereka. Mulai dengan mengajak diri sendiri untuk berpikir mengenai karakter melalui pertanyaan di bawah ini:
- Siapa karakter di awal cerita ini?
- Siapa karakter di waktu sekarang setelah mereka melalui perjalanan atau peristiwa tertentu?
- Apa arti peristiwa ini bagi mereka, baik secara internal maupun eksternal?
- Bagaimana perbedaan sebelum dan sesudah peristiwa dalam kisah tersebut? Tetap sama? Lebih kuat? Lebih lemah? Lebih berhubungan dengan orang yang selama ini mereka kenal? dll.
Falling Action memberi kita gambaran sekilas tentang kemajuan yang telah si karakter buat dan apa artinya itu bagi masa depan mereka. Falling Action adalah bagian yang relatif singkat dari naskah atau cerita, jadi jangan sampai tidak ada. Lalu, pastikan setiap aspek yang disertakan itu bermakna.
Spoiler Alert lagi. Dalam “Romeo and Juliet” karya William Shakespeare, klimaks dari cerita ini adalah adegan dimana karakter utama dua kekasih remaja mati karena bunuh diri. Tetapi tindakan mereka memberikan dampak lebih bagi keluarga mereka yang sebelumnya selalu bertengkar, pada akhirnya mereka setuju untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan mulai berdamai. Hal tersebut memberi makna universal yang lebih dalam pada kisah tragis itu.
Setelah mengenal lebih dalam, kita bisa tahu bahwa Falling Action menjadi bagian yang sangat penting dalam skenario sebuah kisah ataupun film dan tidak boleh sembarangan disisipkan. Meskipun awal, klimaks, dan resolusi sering menjadi pertimbangan utama, Falling Action yang kuat dapat memberikan kesan ending cerita yang bagus atau malah hancur. Jika Falling Action yang disajikan itu sangat berkesan, part ini bisa sekaligus menjadi apresiasi dan ucapan terima kasih kepada audiens, karena sudah membersamai perjalanan karakter yang ada di film.
Kamu pasti mau banget kan belajar lebih lanjut mengenai Falling Action yang sangat berpengaruh pada skenariomu? Kamu bisa gali lebih dalam tentang penulisan skenario dan hal terkait lainnya di IDS | International Design School menyediakan Sekolah Film loh! Kamu bisa wujudkan impian kamu menjadi Filmmaker atau Penulis skenario hanya di International Design School!
Source: backstage.com