Blog
Nino Imatra, Pengajar di IDS Terlibat dalam Pasca Produksi Film The Raid 2: Berandal
- April 3, 2014
- Posted by: IDS | International Design School
- Category: Articles
Siapa yang sudah nonton The Raid 2 : Berandal? Gimana menurut kamu? Kereeeeen banget ya! Selama durasi sekitar 148 menit mata seolah terhipnotis dengan setiap plot-plot cerita yang memang menunjukkan kalau film ini benar-benar “berandal”. Film aksi seni bela diri dari dalam negeri ini, yang disutradarai oleh Gareth Evans dengan tokoh utama Iko Uwais (sebagai Rama), merupakan sekuel dari film terdahulunya, yaitu The Raid.
The Raid berhasil mencuri perhatian kalangan Internasional, menduduki posisi 11 di Box Office US dan mendapatkan pujian dari kritikus internasional. Saat mengembangkan The Raid dalam bentuk naskah, Gareth Evans mulai mengembangkan gagasan untuk menciptakan hubungan antara film tersebut dengan proyek awalnya, Berandal. Akhirnya Berandal diputuskan untuk menjadi sekuel dari The Raid. Bahkan Gareth Evans menyatakan niatnya untuk membuat trilogi.
Film The Raid 2 : Berandal yang mendapat kesempatan menjadi Official Selection di Sundance Film Festival 2014 bulan Februari lalu ini, menceritakan pasca kejadian di The Raid. Melanjutkan perjuangan Rama (Iko Uwais) dalam misi untuk membongkar praktek korupsi para petinggi kepolisian serta mafia-mafia politik di kota. Gareth Evans nampaknya tidak ingin setengah-tengah dalam film ini, dapat kita lihat dari tiap-tiap adegan perkelahiannya. Bahkan di film ini terdapat adegan perkelahian di dalam mobil yang juga saling berkejaran di jalanan. Koreografi yang disajikan juga semakin indah dan memukau.
Di balik kesuksesan film The Raid 2 : Berandal, tidak luput dari kerja keras para kru film. Nah, kali ini IDS | International Design School akan memperkenalkan seorang Alumnus sekaligus Pengajar dari IDS yang terlibat dalam pasca produksi film The Raid 2 : Berandal, Nino Imatra. Beliau adalah seorang Motion Graphic Designer di Prodigi House, perusahaan yang menangani Post-Production Film, yang juga terlibat dalam produksi film The Raid 2 : Berandal. Prodigi House mengerjakan Color Grading dalam bagian post-production film tersebut, sedangkan Nino Imatra mendapat kesempatan dalam mengerjakan End Credit Title. Nino menjelaskan, “Saya hanya mengerjakan bagian kecil saja, karena proses yang lainnya sudah ditangani oleh Sony Pictures.”
Nino Imatra merupakan salah satu alumnus IDS angkatan 10. Awalnya beliau mengikuti kursus kelas 3D Maya Production for TV Commercial di IDS. Kemudian beliau melanjutkan belajar di College Program – Digital Animation di IDS pada tahun 2008. Selain belajar 3D di IDS, Nino juga mempelajari After Effect. Sejak itu beliau langsung tertarik dengan bidang motion graphic, karena menurut beliau proses pengerjaan proyek motion graphic lebih simpel daripada proses pembuatan 3D. Namun, beliau tetap menggunakan 3D untuk mendukung proyek motion graphic-nya.
Sebelum lulus dari College di IDS, Nino Imatra sempat bekerja sebagai 3D Modeller di AR & Co. , perusahaan terbesar di Asia Tenggara yang bergerak di bidang teknologi AR (Augmented Reality), yang memiliki klien-klien besar seperti Disney – Toy Story, Marvel – Spiderman, Unilever, Sony, Samsung dan masih banyak lagi yang lainnya. Setelah 1 tahun bekerja di sana, ternyata beliau lebih senang mengerjakan proyek-proyek motion graphic, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang Motion Graphic Designer hingga sekarang. Beliau juga menyadari passionnya dalam mengajar, sehingga Nino juga memutuskan untuk menjadi pengajar di IDS untuk kelas Motion Graphic.
“Sejauh ini perkembangan animasi di Indonesia tidak terlalu terekspos. Tapi dari tahun ke tahun ada juga sih terasa perkembangannya. Perusahaan post-production juga semakin banyak yang membuka lowongan kerja jika dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu, sehingga sekarang lebih terbuka peluang untuk orang-orang yang punya skill di motion graphic.”, tutur Nino Imatra.
Menurut beliau, anak-anak muda sekarang, khususnya yang baru lulus SMA masih banyak yang belum tahu passion-nya di bidang apa sehingga sulit untuk diarahkan. “Lebih mudah mengajarkan orang yang sudah memiliki passion, seperti anak-anak yang memilih belajar di IDS, pada umumnya memang sudah punya passion yang kuat di dunia kreatif.”
Nino pun menyampaikan tentang harapannya untuk industri perfilman di Indonesia, “Semoga industri perfilman Indonesia semakin maju. Jangan hanya film The Raid2 : Berandal saja yang bisa masuk jajaran Hollywood & Box Offices, tapi harus lebih banyak lagi daftar film-film Indonesia yang berkualitas dan bisa bersaing di kancah internasional.”
“Jika kamu menyukai suatu bidang tertentu, apapun itu, jangan pernah setengah-setengah. Harus benar-benar belajar sampai kamu bisa menjadi no. 1 di bidang tersebut. Bahkan jangan cuma ‘jago’ tapi harus bisa jadi yang ‘terjago’!!” pesan Nino untuk insan muda kreatif Indonesia.
Kamu punya passion Filmmaker? Tertarik dengan Motion Graphic? Mau dibimbing langsung oleh Nino Imatra? Belajar di Sekolah Film IDS | International Design School aja.. Ada juga Kursus Film lho!! Atau ikut program International Pathway jika kamu ingin belajar film di Universitas Ternama di luar negeri.
Punya Passion FilmMaker? Ikut Sekolah Film di IDS Saja!