Riri Riza: Sutradara di Balik Kesuksesan Laskar Pelangi
Siapa yang tidak mengenal Laskar Pelangi? Film yang dirilis pada tahun 2008 ini berhasil menjadi salah satu film paling fenomenal di Indonesia. Disutradarai oleh Riri Riza dan diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata, Laskar Pelangi mengisahkan perjuangan sekelompok anak di daerah Belitung untuk menggapai impian mereka meskipun dengan segala keterbatasan. Kesuksesan film ini tidak lepas dari tangan dingin Riri Riza yang berhasil menghidupkan cerita di layar lebar. Dengan jumlah penonton mencapai 4,6 juta orang dari September 2008 hingga Maret 2009, film ini menduduki peringkat keempat sebagai film terlaris setelah Jelangkung, Pocong 2, dan Ada Apa dengan Cinta.
Kesuksesan Laskar Pelangi bukan hanya hasil dari kerja keras Riri sebagai sutradara, tetapi juga usahanya dalam mencari pemeran untuk karakter-karakter di film tersebut. Proses pencarian pemeran dilakukan dengan melakukan casting di Belitung, tempat cerita aslinya berlangsung. Ini menunjukkan komitmen Riri dalam menghadirkan keaslian cerita melalui pemilihan pemain yang tepat.
Riri Riza: Dari Anak Band ke Sutradara Ternama
Mohammad Rivai Riza, yang lebih dikenal dengan nama Riri Riza, memulai pendidikannya di SMU Lab School Jakarta. Meskipun saat ini dikenal sebagai salah satu sutradara terbaik di Indonesia, banyak yang tidak tahu bahwa Riri pada awalnya adalah seorang anak band. Kecintaannya pada musik membawanya untuk memilih jurusan musik di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Namun, seiring berjalannya waktu, minatnya berubah dan ia memutuskan untuk pindah ke jurusan film di IKJ.
Riri lahir di Makassar pada 2 Oktober 1970, dan masa kecilnya dipengaruhi oleh sang ayah yang bekerja di Departemen Penerangan era Orde Baru. Sering ikut ke pelosok daerah untuk memutar film pembangunan, Riri mulai tertarik dengan dunia perfilman. Keputusan untuk beralih dari musik ke film di IKJ ternyata adalah pilihan yang tepat. Ia berhasil menjadi lulusan terbaik di jurusannya, dan film pertamanya, *Sonata Kampung Bata*, bahkan berhasil memenangkan penghargaan di festival film di Jerman.
Pengalaman di Jerman semakin membangkitkan semangat Riri untuk menekuni sinematografi. Sepulang dari Jerman, ia mulai aktif dalam berbagai proyek film, mulai dari film pendek, dokumenter, sinetron, hingga iklan layanan masyarakat. Salah satu film awal yang terkenal adalah *Kuldesak* (1998), sebuah kolaborasi dengan Mira Lesmana, Nan T Achnas, dan Rizal Mantovani. Film ini menjadi titik awal perjalanan Riri dalam dunia perfilman profesional.
Kolaborasi dengan Mira Lesmana
Salah satu hal yang membuat karier Riri Riza semakin bersinar adalah kolaborasinya dengan produser film Mira Lesmana. Bersama-sama, mereka telah menghasilkan beberapa film ikonik yang selalu sukses di pasaran. Petualangan Sherina (2000) adalah salah satu karya mereka yang paling dikenal. Selain itu, ada juga Eliana, Eliana (2002), Gie (2005), Ada Apa Dengan Cinta? (2002), 3 Hari untuk Selamanya (2007), dan tentu saja Laskar Pelangi (2008).
Tidak hanya aktif di dunia penyutradaraan, Riri juga terlibat dalam penulisan skenario. Pada tahun 2001, ia mendapatkan beasiswa untuk belajar penulisan skenario di Royal Holloway University, London. Menurutnya, film bukan hanya hiburan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial. “Film sesungguhnya punya tanggung jawab dan dapat berperan penting untuk kemajuan kemanusiaan,” ungkap Riri dalam sebuah wawancara.
Menjadi Filmmaker
Kesuksesan Riri Riza menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin berkecimpung di dunia perfilman. Jika kamu tertarik untuk menjadi filmmaker seperti Riri, IDS | International Design School menyediakan program sekolah dan kursus film. Di sini, kamu bisa belajar dan mengembangkan keterampilan dalam dunia film, serta mewujudkan impianmu menjadi seorang filmmaker profesional.
Dengan tekad dan kerja keras, siapa tahu kamu bisa menciptakan film besar seperti Laskar Pelangi di masa depan!
Tertarik untuk sekolah film dengan kurikulum terakreditasi UK? Kuliah di IDS | BTEC aja!
IDS merupakan sebuah lembaga pendidikan terkemuka di Indonesia yang mengadopsi standar BTEC, menjadi pilihan utama bagi banyak individu yang memiliki ambisi dalam mencapai pendidikan internasional. Dengan menyelenggarakan program-program unggulan seperti Program Higher National Certificate (HNC) di Level 4 dan Program Higher National Diploma (HND) di Level 5, IDS menunjukkan komitmennya dalam memberikan pendidikan berkualitas yang setara dengan standar D3 di Indonesia. Program-program ini tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan keterampilan penting kepada para siswa, tetapi juga menegaskan kesetaraan mereka dengan jenjang pendidikan domestik.
Para lulusan IDS | BTEC memiliki akses kepada beragam peluang karir serta kemampuan untuk melanjutkan studi ke berbagai negara dengan persiapan yang komprehensif. Mereka tidak hanya siap menghadapi tantangan persaingan global, tetapi juga mampu membuka peluang bagi kesuksesan pribadi serta kemajuan masyarakat. IDS, sebagai pilihan utama di dunia pendidikan, memainkan peran yang penting sebagai penggerak utama dalam mendorong pendidikan global.
Dengan menekankan pada standar BTEC, IDS mengakui pentingnya kualitas dan relevansi pendidikan internasional dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Melalui kurikulum yang terstruktur dan staf pengajar yang berkualitas, IDS memberikan lingkungan belajar yang mendukung dan merangsang pertumbuhan intelektual serta profesionalisme siswa. Dengan demikian, IDS bukan hanya sekadar lembaga pendidikan, tetapi juga merupakan mitra dalam menginspirasi dan membentuk generasi mendatang yang siap bersaing dalam panggung global. So tunggu apalagi? Yuk kuliah film di IDS | BTEC!