Blog
UGC vs Brand-Generated Content: Mana Lebih Efektif?
- April 25, 2025
- Posted by: Bayu
- Category: Articles

Di tengah derasnya konten digital yang berseliweran tiap hari, kamu pasti sadar kalau perilaku konsumen ikut berubah. Mereka nggak cuma cari info dari iklan brand, tapi juga dari pengalaman pengguna lain. Nah, di sinilah muncul dua pendekatan yang paling sering dipakai dalam strategi konten: User-generated content (UGC) vs Brand-Generated Content (BGC).
Sebagai brand, kamu perlu paham perbedaan UGC vs Brand-Generated Content, karena ini nggak cuma soal gaya komunikasi. Tapi juga menyangkut kredibilitas dan kepercayaan audiens terhadap produkmu. Konten yang tepat bisa bantu kamu mengarahkan calon pelanggan dari sekadar kenal, jadi percaya, sampai akhirnya beli.
Di artikel ini, kita akan bahas tuntas tentang user-generated content vs brand-generated content, mulai dari definisi, kelebihan, kekurangan, hingga contoh strategi terbaik yang bisa kamu pakai. Semua dijelaskan dengan gaya yang santai dan mudah dipahami. Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
UGC vs Brand-Generated Content: Apa Bedanya?
Sebelum kamu menentukan mana strategi yang cocok buat brand kamu, penting banget untuk paham dulu perbedaan UGC vs Brand-Generated Content secara mendasar. Walau sama-sama disebut konten digital, keduanya punya asal-usul dan dampak yang berbeda di mata audiens.
User-generated content (UGC) adalah konten yang dibuat oleh konsumen atau pengguna, biasanya tanpa dibayar langsung oleh brand. Sementara itu, brand-generated content (BGC) adalah konten yang dirancang dan dikendalikan sepenuhnya oleh tim pemasaran brand, baik internal maupun lewat agensi.
Kontrol editorial jadi pembeda utama di antara keduanya. UGC lebih spontan dan otentik karena berasal dari pengalaman pribadi pengguna, sedangkan BGC biasanya dirancang dengan pesan tertentu, tone yang konsisten, dan visual yang lebih terstruktur. Untuk platform, UGC sering muncul di media sosial, review platform, atau forum. BGC banyak dipakai di website brand, paid ads, atau campaign resmi.
Apa Itu User-Generated Content (UGC)?
User-generated content adalah jenis konten yang dibuat oleh audiens, bukan oleh brand. Konten ini bisa berupa review, testimoni, foto produk, video unboxing, atau bahkan komentar positif di media sosial.
Karakteristik utama UGC adalah sifatnya yang otentik, tidak dibuat-buat, dan terasa lebih jujur. Karena itu, UGC punya pengaruh besar terhadap keputusan pembelian, apalagi ketika konsumen merasa kontennya datang dari orang “senasib” atau komunitas yang mereka percaya.
UGC biasanya muncul di platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, YouTube, bahkan thread di forum seperti Reddit atau Kaskus. Contohnya? Foto pelanggan yang upload makanan dari restoran favoritnya dengan caption pujian, atau video review jujur dari beauty influencer soal skincare yang baru dicoba, itu semua masuk UGC.
Apa itu Brand-Generated Content (BGC)?
Berbeda dengan UGC, brand-generated content adalah konten yang dibuat langsung oleh brand itu sendiri. Tujuannya jelas: menyampaikan pesan yang sudah dikemas dengan rapi, sesuai identitas visual dan suara brand.
BGC biasanya punya karakteristik yang lebih profesional dan terstruktur. Desainnya konsisten, storytelling-nya dipikirkan matang-matang, dan semuanya dirancang untuk mengarahkan audiens ke satu tujuan tertentu, seperti membeli produk atau ikut campaign.
Platform yang paling umum dipakai untuk BGC antara lain adalah website resmi, landing page campaign, iklan berbayar di media sosial atau Google Ads, dan konten marketing seperti video promosi atau artikel blog. Contoh BGC? Iklan Apple yang selalu konsisten dengan tone elegan dan visual minimalis, atau campaign Dove tentang self-confidence yang menyentuh emosi.
Kelebihan dan Kekurangan UGC (User-Generated Content)
Konten buatan pengguna makin populer karena dianggap lebih dekat dan jujur. Tapi seperti strategi lainnya, UGC juga punya sisi plus dan minus yang perlu kamu pertimbangkan.
Kelebihan UGC
- Otentik: UGC terasa lebih real karena berasal dari pengalaman nyata pengguna.
- Biaya rendah: Kamu nggak perlu bayar banyak untuk produksi konten, cukup manfaatkan kreativitas audiens.
- Meningkatkan kepercayaan: Review atau testimoni dari pengguna lain seringkali lebih dipercaya daripada iklan.
Kekurangan UGC
- Sulit dikontrol: Kamu nggak bisa mengatur tone atau kualitas setiap konten yang masuk.
- Perlu moderasi: Ada risiko komentar negatif atau konten yang tidak sesuai dengan brand image.
- Brand safety: Jika UGC menampilkan hal sensitif atau kontroversial, nama brand bisa ikut terseret.
Kelebihan dan Kekurangan Brand-Generated Content (BGC)
Konten resmi dari brand juga punya keunggulan sendiri, terutama buat kamu yang ingin menjaga kesan profesional dan pesan yang konsisten.
Kelebihan BGC
- Kontrol penuh: Mulai dari desain, pesan, hingga distribusi bisa kamu atur semuanya.
- Sesuai branding: Visual, tone, dan narasi bisa disesuaikan dengan identitas brand kamu.
- Kualitas tinggi: Dibuat oleh tim kreatif, hasilnya bisa lebih menarik dan polished.
Kekurangan BGC
- Biaya tinggi: Perlu budget untuk produksi, desain, bahkan distribusi lewat iklan.
- Kurang otentik: Audiens bisa merasa konten terlalu ‘iklan banget’ atau tidak natural.
- Butuh resource internal: Produksi konten berkualitas butuh waktu, tim, dan tenaga profesional.
UGC vs BGC dalam Strategi Marketing: Mana yang Lebih Cocok?
Memilih antara UGC vs BGC sebaiknya nggak asal pilih. Kamu perlu pertimbangkan beberapa faktor supaya konten yang kamu buat sesuai tujuan marketing. Beberapa hal yang perlu kamu pikirkan adalah:
Tujuan kampanye
- Awareness? UGC lebih powerful.
- Engagement? Gabungkan keduanya.
- Conversion? BGC bisa bantu dengan copy dan CTA yang jelas.
Budget dan sumber daya
- UGC cocok buat brand dengan budget terbatas.
- BGC ideal untuk brand yang punya tim dan dana lebih besar.
Segmentasi audiens dan channel distribusi
- Gen Z dan milenial cenderung suka konten UGC yang natural.
- Target korporat lebih percaya BGC dengan visual profesional.
Cara Menggabungkan UGC dan BGC dalam Kampanye Digital
Kombinasi UGC dan BGC adalah strategi hybrid yang banyak digunakan brand modern. Tujuannya? Maksimalkan jangkauan sekaligus tetap menjaga kontrol branding. Beberapa cara cerdas untuk menggabungkannya, yaitu:
- Repost konten dari komunitas: Jangan lupa beri kredit ke pembuatnya ya!
- Kolaborasi dengan user atau micro-influencer: Buat konten bareng, biar terasa lebih personal dan relatable.
- Gunakan branded hashtag: Ajak audiens bikin konten dengan hashtag khusus brand kamu.
- Manfaatkan tools seperti Later, Hootsuite, atau TINT untuk kurasi dan manajemen UGC secara efisien.
Tips Mengelola UGC Agar Sesuai dengan Branding Kamu
UGC bisa jadi senjata yang powerful kalau kamu tahu cara mengaturnya dengan baik. Jangan sampai konten yang seharusnya mendukung malah merusak image brand kamu. Tips mengelola UGC dengan aman dan tetap estetik, yakni:
- Buat content guideline: Jelaskan jenis konten yang diharapkan, termasuk tone, visual, dan value yang ingin disampaikan.
- Selalu moderasi konten: Cek sebelum repost, pastikan sesuai dengan value dan pesan brand.
- Minta izin secara legal: Walaupun konten dibuat oleh pengguna, tetap perlu izin untuk menghindari masalah hukum.
- Kurasi konten terbaik: Pilih yang benar-benar bisa mewakili brand image kamu secara konsisten.
Kesimpulan
UGC dan BGC punya karakter yang sangat berbeda, tapi keduanya sama-sama penting dalam dunia digital marketing. UGC unggul dalam hal keotentikan dan membangun kepercayaan, sementara BGC menawarkan kontrol penuh dan kualitas produksi yang lebih tinggi. Kalau kamu ingin membangun koneksi emosional yang real dengan audiens, UGC bisa jadi senjata utama. Tapi kalau kamu butuh narasi brand yang kuat dan konsisten, BGC adalah pilihan yang tepat.
Lalu, kapan kamu harus memilih UGC atau BGC? Jawabannya tergantung pada tujuan kampanye, anggaran, dan target audiens kamu. Misalnya, untuk brand baru dengan budget terbatas, UGC bisa bantu meningkatkan awareness tanpa biaya tinggi. Tapi untuk peluncuran produk besar atau campaign branding, BGC lebih cocok karena bisa dikontrol secara menyeluruh. Kalau kamu bergerak di industri kreatif seperti fashion, beauty, atau lifestyle, strategi hybrid dengan kombinasi keduanya bisa memberikan hasil terbaik.
Sekarang saatnya kamu mengeksplorasi dan memaksimalkan dua jenis konten ini secara strategis. Jangan ragu untuk eksperimen dan ukur performanya. Dan kalau kamu ingin serius mendalami dunia konten, storytelling, hingga produksi film digital, IDS | BTEC punya program sekolah jurusan Digital Film & Content Production yang bisa jadi langkah awal kamu. Yuk, kembangkan skill kamu dan bawa ide kreatifmu ke level profesional!