Kamera Full-frame Mirrorless untuk Video
Kamera mirrorless adalah kamera dengan sistem compact yang hampir sama dengan DSLR tetapi memiliki perbedaan yang jelas, seperti ukuran fisik. Kamera mirrorless atau CSC hadir dalam beragam nama: Hybrid , MILC (Mirrorless Interchangeable Lens Camera), bahkan EVIL (Electronic Viewfinder Interchangeable Lens). Tapi bagaimanapun anda menyebutnya, semua CSC (Compact System Camera) memegang prinsip sama, menawarkan keunggulan DSLR dalam format lebih kecil.
Keunggulan tersebut meliputi sensor yang lebih besar daripada kamera compact, lensa bisa diganti, kemampuan menggunakan hot shoe flash gun dan aksesoris lain, dan kontrol canggih. Berikut beberapa kamera mirrorless yang direkomendasikan oleh IDS untuk membuat video kamu lebih bagus.
The best overall: Sony a7S III
Sony a7S ini punya autofocus dan low-light performance yang baik, warna yang original dari kamera, dan punya ProRes RAW workflows. Sony dengan pilihan andalannya Exmor R sensor, terus meningkatkan dengan photosites lebih besar dan readout lebih cepat.
Sony a7S memiliki BiONZ XR yang punya processing power 8 kali lebih banyak daripada BIONZ X. Ini juga mendukung Af/EF dan Face/Eye detection lebih cepat, tone warna yang lebih baik, dan frame rates dengan kecepatan tinggi. Di spek ini sony juga meningkatkan ISO nya dari range 80-102400 ke 40-409600. Body image stabilization nya ada, namun bukan yang terbaik. Unik juga karena Sony menggunakan Catalyst Browse untuk menstabilkan pengambilan footage.
Tapi yang paling mencolok dari a7s III adalah lensanya yang menggunakan E-mount versions, yang kini sedang banyak dibuat oleh pihak-pihak ketiga sehingga harganya juga terjangkau. Jadi kalau kamu seorang video shooter atau bahkan hybrid shooter, a7S III cocok banget untuk kamu kalau budgetnya cocok.
Bagaimana kami memilih
Kamera mirrorless terbagi menjadi 4 macam jika berdasar kepada sensor size. Diantaranya Micro Four Thirds, APS-C, full-frame, dan beyond.
Hari ini kebanyakan pabrik kemera mengembangakan tipe full-frame. Bukan karena full frame lebih baik dari aps-c atau MFT, tapi karena industri mengarah kesana. Salah satu keuntungan full frame punya hasil baik di low-light performance.
Untuk list di bawah ini, kami pilihkan full-frame mirrorless yang sudah dipertimbangkan kapabilitas dan kinerja dari videonya. Kamera-kamera berikut mewakili inovasi masa depan di dunia mirrorless untuk saat ini. Sementara sebagian besar kamera mirrorless karena kemampuan hybridnya (foto dan video), kami lebih memperhatikan kemampuan videonya.
Sebenarnya semuanya bisa dikategorikan sebagai “the best overall”, apalagi kalau kamu lebih suka auto focus, stabilitas in-body image yang lebih baik, atau suport lensa yang beragam. Jadi, pahami setiap kategori dengan teliti ya!
Alternatif terbaik: Panasonic LUMIX S1H
Kalau dilihat dari kemampuan videonya saja, Panasonic S1H yang terbaik. Kamera mirrorlesnya bisa merekam mulai dari 6K, 10-bit video pada 24fps di rasio 3:2, dan 4k di rasio 4:3 dengan 24.2-megapixel full-frame dengan sensor CMOS. S1H juga punya Dual Native ISO untuk menjaga gambar tetap jelas walau di kondisi gelap.
Tes dinamik menunjukan bahwa S1H ini punya sekitar 13+ stop rentang dinamis yang bisa digunakan, dan kalau ProRes RAW tidak diperlukan untuk proyek kita, V-Log/V-Gamut juga membantu untuk menangkap bayangan dan highlights full range.
Kamu juga boleh kreatif menggunakan mode Variable Frame Rate (VFR), High Frame Rate (HFR), Night, dan Timelapse. VFR bisa membuat footage dengan kecepatan 30x untuk membuat slow motion effect. Atau bisa juga memilih HFR yang bisa merekam lebih dari 120 frame per detik untuk di slow down saat tahap post-produksi.
Kamera ini juga punya L-mount system, yang bisa connect dengan banyak lensa dan juga mudah untuk menggunakan lensa PL.
Resolusi tinggi terbaik: Canon EOS R5
Canan kembali merilis R5 nya. Meskipun R5 ini bisa saja overheat jika merekam dalam waktu yang lama, dan sudah diatasi dengan pembaruan firmware, namun juga tidak mengatasi masalah sepenuhnya. Tapi, dengan masalahnya, R5 masih memberikan performa terbaiknya. Memiliki sensor 45MP CMOS yang mengkombinasikan DIGIC X prosesor gambar. Sensor ini juga mengusung ukuran full-frame 32x24mm dan rasio 3:2 dengan sekitar 47.1 pixels. Sensornya memiliki filter low pass permanen yang menekan distorsi warna. Seperti sensor lainnya, yang ini juga melakukan cleaning sendiri saat dimatikan.
Range ISO nya adalah dari 100-51200 dan bisa diperluas hingga 50-102400. Namun tetap, ketika HDR (HDR) ISO nya tidak bisa diperluas. 5R ini bisa merekam video 8K RAW, bahkan lebih. Apa yang canon lakukan adalah mengembangkan sensor CMOS yang menggunakan sampel 8.2K untuk memproduksi 8K atau gambar 4k dengan high-quality . Canon Log juga tersedia seperti mode HDR PQ. Selain itu, EOS R5 punya 1D X Mark III untuk autofocus nya. Didukung dengan IBIS yang dimiliki R5 yang bisa digunakan untuk mendukung stabilitas lensa.
Compact terbaik: Sigma fp
Sigma fp ini memang agak tertinggal untuk pengambilan gambar, tapi untuk video adalah dewa. Memiliki sensor full-frame dengan L-Mount dan Leica Panasonic. Fp juga menawarkan RAW recording internal meski hanya CinemaDNG. Selain itu, Fp punya pengarah viewfinder yang bisa membuatmu merekam dengan lensa dan sensor yang berbeda.
Hasil gambar cukup impresif dengan penggunaan dynamic range yang cukup tinggi, produksi low-light yang baik, dan warna yang sempurna. Fp bukan hanya ingin menjadi C-camera yang baik, tapi juga A atau B camera yang banyak diproduksi. Fp masih menggunakan SD card internal, daripada yang terbaru dan tercepat CFexpress. Fp termasuk pilihan yang cocok karena bisa juga merekam ke SSD via USB-C. tapi jika kamu sering merekam atau memotret kegiatan sport, ya lebih banyak pilihan lain yang bisa dipertimbangkan.
Format medium terbaik: Fujifilm GFX100
Fujifilm GFX 100 adalah favorit kita, karena punya 4K DCI, stabilizer in-body image, ProRes RAW, dan punya autofocus yang baik. Selain itu, kapabilitas videonya juga keren. Memasangkan sensor back-illuminated 102MP dengan X Processor 4 sebagai kombinasi untuk menghasilkan gambar 16-bit dengan warna yang akurat, detail bayangan yang lengkap, dan range dinamik yang luar biasa. Native ISO nya adalah 100, dan menggunakan filter optical low-pass.
Jika ingin yang paling baik, mungkin bisa memilih Leica S3 dan Leica S (typ 007), tapi kalau kamu mencari video performance yang baik, GFX100 ini maju paling depan.
Budget terbaik: Panasonic Lumix S5
Dengan sensor full-frame, punya 6.5 stops untuk stabilitas gambar, autofocus yang mencukupi, dan kualitas gambar yang mantap, 5S ini bisa tampil dengan harga yang terjangkau. Firmware-nya juga sudah diperbarui dengan 5.9K ProRes RAW di 30p, 4K di 6-p, dan 3.5K di 50p. Lumix S5 ini juga makin menarik karena dilengkapi dengan lensa L-mount.
Pada akhirnya …
Memang list ini tidak mengakomodir semua kamera full-frame mirrorless di luar sana, tapi semoga memberi gambaran mana yang cocok untukmu. Kalau kamu perlu untuk kerja, maka kamera mirrorless dengan RAW atau Log shooting cukup ideal. Kalau kamu seorang konten kreator dan perlu untuk vlog game, Sony atau Canon bisa jadi pilihan daripada Panasonic.
Hampir semua brand kamera punya model yang berbeda. Beberapa ada yang fokus untuk video, yang lain fokus di fotografi, atau beberapa yang lain mencoba untuk balance di keduanya. Temukan dulu saja yang mana yang paling cocok untuk pekerjaanmu, sehingga nanti tidak ada yang sia-sia saat sudah dibeli.
Jangan risau kalau kamu bingung memilih kamera yang tepat untuk pekerjaanmu. IDS (International Design School) menyediakan Program Collage Digital Film & Media Production yang memberikan gambaran tentang shooting video ataupun fotografi. See you there!
Sumber: nofilmschool.com