7 Film Horor dengan Sinematografi Terbaik
Berikut 7 film horor dengan sinematografi yang terbaik!
- Midsommar (2019)
Tidak seperti kebanyakan film horor, Midsommar memanfaatkan cahaya yang cerah dalam filmnya, yang menurut sebagian besar orang dapat menghalangi percikan rasa takut bagi penonton. Bahkan, Midsommar sama sekali tidak menggunakan ruang yang gelap, film sepenuhnya ketika di siang hari. Ari Aster juga menggunakan warna-warna pastel yang cantik, membuat penonton sulit berpaling dari keindahannya. Melalui keindahannya, Midsommar mampu mendobrak norma genre horor pada umumnya tetapi masih mampu menghadirkan cerita yang mengganggu sekaligus menakutkan.
- The Lighthouse (2019)
Narasi dalam The Lighthouse berlatar hitam putih dengan banyak nuansa sehingga menangkap dengan sempurna kegilaan yang dialami para tokohnya. The Lighthouse sangat dipuji oleh penggemar dan kritikus, juga dinominasikan untuk Sinematografi Terbaik di Academy Awards. Sang sutradara Robert Eggers memposisikan objek dan subjek dengan sempurna dalam bingkainya demi menciptakan mimpi buruk kontras tinggi yang sempurna dengan menggunakan warna hitam dan putih untuk menjebak kedua karakternya dalam suasana dan nuansa film yang gelap dan menjengkelkan.
- Suspiria (1977)
Suspiria terkenal karena penggunaan warna yang membosankan untuk efek psikedelik, meski begitu, film ini tidak akan memberikan ledakan yang sama bila menggunakan warna yang beragam. Meski begitu, film surealis dari Giallo Dario Argento bermain layaknya mimpi buruk yang kejam tepat di depan mata kita.
Luciano Tivoli dan Giuseppe Bassan melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan sinematografi dan desain produksi pada film ini, begitu mempesona dengan serangkaian warna yang jenuh diimbangi dengan set yang ekspresif.
- The Witch (2015)
Melalui The Witch, penonton diajak untuk berpetualang ke masa lalu. Cara mengedit yang tiba-tiba dengan warna jenuh yang rendah membawa penonton ke kisah gelap sihir di hutan, dengan adegan terakhir yang menghantui dan menimbulkan tanda tanya. Kemampuan Robert Eggers dalam menakuti penonton melalui horor klasik melalui perpaduan setting, soundtrack, dan naskah memang sudah diakui.
- The Shining (1980)
Di tangan John Alcott, The Shining dieksekusi dengan menekankan isolasi dan paranoia dengan citra simetris yang dingin dan meresahkan. Secara visual, pencahayaan film ini begitu indah, lembut, dan mewah. Bingkai yang lebar dan eksposur yang legan memberi Overlook hotel aura yang luhur, keindahan ini begitu kontras dengan kengerian yang mengintai di bawah keindahan set.
Meskipun Stephen King melalui bukunya telah menyumbangkan perasaan ngeri, sang sutradara Stanley Kubrick mengambil langkah yang lebih jauh dengan mempertimbangkan komposisi setiap bingkai untuk mencerminkan dampak hotel pada pikiran pada karakter. Pada film ini, Kubrick menerapkan “The One Point Perspective” yang digunakan hampir pada seluruh filmnya, yang mana pada titik tengah gambar terdapat satu titik hilang di cakrawala sehingga objek tampak semakin kecil semakin dekat dengan pusat.
- The Blair Witch Project (1999)
Sebagai film klasik, The Blair Witch Project memiliki cara penyajian yang unik dan menarik. Mengisahkan tentang tiga orang mahasiswa perfilman yang akan memproduksi film dokumenter mengenai legenda Blair Witch. The Blair Project menjadi fenomenal karena promosi filmnya yang bergaya found footage atau penemuan dokumen video yang ditemukan. Diceritakan jika tiga mahasiswa yang mendokumentasikan legenda Blair Witch telah hilang dan hasil dokumentasi mereka telah ditemukan.
- Nosferatu (1922)
Nosferatu menjadi salah satu film bisu yang paling berpengaruh. Film ini didasarkan pada novel Dracula karya Bram Stoker dengan nama karakter, latar, dan detail plot yang diubah. Pengambilan gambar film Nosferatu hampir seluruhnya diambil di lokasi secara langsung, mulai dari kastil, lanskap, kota, dan pencahayaan yang alami.
Meskipun secara khusus Nosferatu tidak menyeramkan, namun film ini punya kekuatan untuk menghantui penontonnya melalui gaya visualnya yang menyeramkan. Sang sutradara F. W. Murnau menggunakan bayangan dan gambar untuk menakuti penonton, selain itu ia juga menggunakan fotografi negatif untuk menampilkan gambar pohon putih yang menghantui di langit hitam, dan yang tak kalah fenomenalnya adalah menggunakan teknik stop-motion saat Count Orlock muncul dari peti mati.
Kamu memiliki keinginan untuk membuat film horor dengan sinematografi yang apik? Yuk pelajari cara memproduksi film yang baik dan benar di International Design School. IDS memiliki Program Digital Film & Media Production yang akan mengasah mahasiswanya menjadi filmmaker yang handal. Mahasiswa akan mempelajari produksi film dari penulisan skenario, teknik kamera, lightning, hingga proses pasca produksi untuk menghasilkan film yang baik.
Sumber: tasikmalaya.pikiran-rakyat.com