Membedah Skenario Film Laskar Pelangi
Skenario film Laskar Pelangi ditulis oleh Salman Aristo, Riri Reza, dan Mira Lesmana. Kesuksesan bukunya membuat Laskar Pelangi diangkat ke layar lebar. Novelnya sendiri sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Laskar Pelangi dianggap sebagai sebuah novel yang inspiratif, terutama di bidang pendidikan. Selain itu filmnya berhasil mengangkat Kota Belitung sebagai salah satu kota dengan keindahan alam yang menakjubkan di Indonesia.
Mengangkat sebuah novel ke dalam film layar lebar bukanlah pekerjaan yang mudah. Yang ditakutkan kebanyakan penulis novel jika novelnya harus diangkat ke layar lebar adalah “apakah film ini nantinya akan sesuai dengan ekspektasi para pembaca?”
Novel mampu menceritakan apapun sesuai dengan keinginan penulisnya. Berbeda dengan film yang harus menyajikan cerita secara runtut. itulah mengapa penulisan skenario adalah faktor kunci dari berhasil tidaknya sebuah novel diadaptasi dalam film. Dalam penulisan skenario film laskar Pelangi, Salman Aristo beserta tim mampu menggambarkan novel Laskar Pelangi menjadi sebuah film yang bagus. Andrea Hirata, sang penulis novelnya memberikan pujian bahwa filmnya bisa lebih bagus dari novelnya.
Dalam skenarionya, Salman berusaha membuat sedikit perbedaan dari cerita asli dalam novel. Tujuannya agar cerita lebih hidup dan mampu menyentuh emosi dari para penonton. Misalnya: adanya tokoh bernama Mahmud yang menaruh hati pada Bu Muslimah, adegan saat meninggalnya Pak Harfan yang merupakan kepala sekolah SD membuat Bu Mus terpukul sehingga beliau tidak masuk sekolah dan akhirnya Lintang yang menggantikan mengajar teman-teman di sekolah. Padahal kedua adegan di novel ini tidak ada, tetapi justru adegan-adegan ini mampu mempercantik filmnya.
Namun meskipun skenario ini dinilai sangat baik, tetap saja beberapa hal yang mengecewakan penonton. Contohnya saat adegan karnaval yang di novelnya sendiri terlihat begitu megah dan menarik, tetapi kenyataannya dalam film tidak semegah yang dibayangkan dan kostum yang dikenakan anak-anak terkesan biasa saja. Selain itu juga adegan gatal-gatal setelah mereka mengenakan kostum karnaval buatan mereka sendiri, di dalam novel adegan tersebut sangat melekat dalam ingatan para pembaca namun saat di film justru dibuat ala kadarnya saja.
Nah, itulah sekilas pembedahan dari skenario dari film laskar pelangi. Memang dalam penulisan skenarionya tidak semua adegan dalam novel mampu divisualisasikan dengan baik. Namun filmnya mampu dinikmati oleh semua kalangan di Indonesia.
Mau bikin film seperti Laskar Pelangi? Mau belajar jadi filmmaker? Tertarik dengan dunia film? IDS | International Design School menyediakan Program College Digital Film and Media Production, lho! Kamu bisa wujudkan impian kamu menjadi FilmMaker.
Sumber: bacaterus.com