Blog

BAGIKAN

3 Presiden Indonesia yang Pernah Menempuh Kuliah di Luar Negeri

presiden indonesia kuliah di luar negeri

Dari tujuh orang yang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, tiga di antaranya memiliki pengalaman bersekolah dan melanjutkan kuliah di luar negeri. Mengungkap perjalanan pendidikan mereka memberikan gambaran bahwa tidak semua warga Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk menempuh pendidikan di luar negeri. Artikel ini akan merinci perjalanan pendidikan tiga presiden tersebut, menyoroti tantangan dan kesempatan yang mungkin mereka hadapi selama studi di mancanegara.

Bersekolah dan kuliah di luar negeri bukanlah suatu perkara yang sederhana. Selain memerlukan biaya yang signifikan, prosesnya juga melibatkan pemenuhan sejumlah persyaratan administrasi dan akademis yang tidak selalu mudah. Tantangan ini menjadikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri sebagai langkah prestisius, tetapi juga membutuhkan dedikasi dan perjuangan yang tinggi.

Melalui pemahaman mendalam terhadap perjalanan akademis tiga presiden Indonesia yang telah menempuh pendidikan di luar negeri, artikel ini akan memberikan wawasan tentang bagaimana pengalaman pendidikan internasional dapat mempengaruhi karier dan pandangan dunia pemimpin negara.

1. Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA Bandung pada tahun 1954, Habibie melanjutkan pendidikannya di Universitas Indonesia di Bandung (kini ITB), mengambil jurusan Teknik Mesin. Kejeniusannya dan kontribusinya yang luar biasa, terutama dalam bidang penerbangan, mulai terlihat ketika ia meraih gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman, pada tahun 1960. Prestasinya semakin bersinar dengan penganugerahan gelar Doktor dari institusi yang sama pada tahun 1965.

Dikenal sebagai sosok yang memiliki segudang karya dan penemuan di bidang penerbangan, Habibie menjadikan pendidikan tingginya di Jerman sebagai landasan karier gemilangnya. Kiprahnya mencapai puncak ketika ia memimpin Indonesia sebagai presiden pada periode 1998-1999. Sayangnya, BJ Habibie meninggal dunia pada tahun 2019 pada pukul 18.05 WIB di RSPAD Gatot Subroto, menutup perjalanan hidupnya pada usia 83 tahun.

2. Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid, yang akrab dipanggil Gus Dur, menjabat sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Gus Dur dilahirkan pada tanggal 4 Agustus 1940 di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Masa remajanya sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo, tempat di mana pengembangan ilmu pengetahuannya mulai berkembang. Selanjutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sebelum melanjutkan studinya di Mesir.

Ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa di Mesir, Gus Dur kuliah untuk mempelajari Studi Islam di Universitas Al Azhar di Kairo. Pengambilan kuliah dimulai pada tahun 1963 setelah ia memperoleh beasiswa dari Kementerian Agama. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Mesir, Gus Dur kembali ke Indonesia dan terlibat dalam kegiatan sosial dan politik. Namun, perjalanan hidupnya berakhir ketika Abdurrahman Wahid meninggal dunia pada usia 69 pada tanggal 30 Desember 2009 pukul 18.40 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

3. Susilo Bambang Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono, presiden ke-6 Republik Indonesia, adalah lulusan terbaik AKABRI pada tahun 1973. SBY, demikian ia akrab disapa, lahir di Pacitan, Jawa Timur, pada 9 September 1949. Menjadi lulusan terbaik Akabri 1973 membuka jalannya untuk menempuh pendidikan lanjutan di berbagai lembaga di luar negeri.

Selama pendidikan militernya, SBY mengikuti berbagai kursus dan pelatihan di Amerika Serikat dan Eropa. Beberapa di antaranya termasuk Airborne and Ranger Course di Fort Benning, Georgia, AS pada 1976, Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, Georgia, AS pada 1982-1983 dengan meraih gelar honor graduate, Jungle Warfare Training di Panama pada 1983, dan Anti Tank Weapon Course di Belgia dan Jerman pada 1984.

Selanjutnya, SBY melanjutkan pendidikan di Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, AS pada 1990-1991. Selama bertugas di Mabes TNI-AD, SBY kembali mendapat kesempatan untuk bersekolah di Amerika Serikat. Antara tahun 1982 hingga 1983, ia mengikuti Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, AS, serta menjalani On the Job Training di 82nd Airborne Division, Fort Bragg, AS pada tahun 1983. Tidak hanya itu, SBY juga mengikuti Jungle Warfare School di Panama pada 1983 dan Antitank Weapon Course di Belgia dan Jerman pada tahun 1984.

Pendidikan terakhirnya di luar negeri adalah ketika SBY menempuh pendidikan Manajemen di Webster University di Missouri, Amerika Serikat, dan berhasil meraih gelar Master of Art. 

Melalui paparan di atas, kita dapat mengenal lebih dekat tiga mantan presiden Indonesia yang memiliki pengalaman kuliah di luar negeri. Dari BJ Habibie yang menimba ilmu di Jerman, Gus Dur yang mengejar studi Islam di Mesir, hingga SBY yang menempuh pendidikan di berbagai lembaga militer dan sipil di Amerika Serikat. Setiap perjalanan pendidikan mereka mencerminkan peran dan kontribusi unik dalam pembentukan kepemimpinan dan wawasan global.

Semoga wawasan ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam tentang perjalanan pendidikan para pemimpin bangsa. Dengan mengetahui latar belakang pendidikan mereka, kita dapat menghargai perjuangan dan dedikasi yang telah mereka berikan untuk kemajuan Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda yang berkeinginan untuk mengejar pendidikan di luar negeri.

Tertarik untuk kuliah dengan kurikulum terakreditasi UK? Kuliah di IDS | BTEC aja!

banner ids btec college

IDS merupakan sebuah lembaga pendidikan terkemuka di Indonesia yang mengadopsi standar BTEC, menjadi pilihan utama bagi banyak individu yang memiliki ambisi dalam mencapai pendidikan internasional. Dengan menyelenggarakan program-program unggulan seperti Program Higher National Certificate (HNC) di Level 4 dan Program Higher National Diploma (HND) di Level 5, IDS menunjukkan komitmennya dalam memberikan pendidikan berkualitas yang setara dengan standar D3 di Indonesia. Program-program ini tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan keterampilan penting kepada para siswa, tetapi juga menegaskan kesetaraan mereka dengan jenjang pendidikan domestik.

Para lulusan IDS | BTEC memiliki akses kepada beragam peluang karier serta kemampuan untuk melanjutkan studi ke berbagai negara dengan persiapan yang komprehensif. Mereka tidak hanya siap menghadapi tantangan persaingan global, tetapi juga mampu membuka peluang bagi kesuksesan pribadi serta kemajuan masyarakat. IDS, sebagai pilihan utama di dunia pendidikan, memainkan peran yang penting sebagai penggerak utama dalam mendorong pendidikan global.

Dengan menekankan pada standar BTEC, IDS mengakui pentingnya kualitas dan relevansi pendidikan internasional dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Melalui kurikulum yang terstruktur dan staf pengajar yang berkualitas, IDS memberikan lingkungan belajar yang mendukung dan merangsang pertumbuhan intelektual serta profesionalisme siswa. Dengan demikian, IDS bukan hanya sekadar lembaga pendidikan, tetapi juga merupakan mitra dalam menginspirasi dan membentuk generasi mendatang yang siap bersaing dalam panggung global. So tunggu apalagi? Yuk Daftar kuliah di IDS | BTEC!