Perkembangan Desain di Asia, Sejarah dan Pengaruhnya pada Indonesia
Perkembangan seni sebagai bagian dari peradaban manusia lambat laun mengalami perkembangan yang signifikan. Salah satunya adalah perkembangan desain yang sudah dipraktekkan sejak ribuan tahun yang oleh orang manusia yang sama sekali belum mengenal alat-alat desain seperti sekarang.
Manusia pada masa lalu melukis dari isi kepala mereka yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk gambar dengan media yang seadanya. Mulai dari batu, tanah, hingga pepohonan yang saat itu masih menjadi lingkungan atau habitat manusia sebelum mengenal modernitas.
Lambat laun, manusia sudah mempunyai cara mudah untuk mendesain. Di Indonesia sendiri perkembangan desain tidak akan bisa dilepaskan dari Jepang yang terlebih dahulu mengalami kemajuan ketimbang negara kita. Artikel ini akan membahas tentang perkembangan desain di Asia dan pengaruhnya kepada Indonesia.
Perkembangan Desain Grafis di Dunia
Perkembangan desain grafis di dunia selalu dikaitkan dengan abad kebangkitan kembali atau Renaissance. Pada abad 16, dunia Barat melihat kembali pembelajaran klasik dari Yunani Kuno dan Roma di seluruh Eropa. Hal itu dimulai pada akhir abad ke-15, ketika adanya percetakan. Percetakan memainkan peran penting dalam proses perkembangan desain grafis di dunia.
Pada akhir abad ke-19, muncul seorang bernama William Morris Kelmscott yang hadir dengan sebuah percetakan sejak tahun 1891. ia menerbitkan sebuah karya yang berjudul Arts and Craft. Selanjutnya ada orang bernama Hendry Cole yang juga menjadi pelopor rakyat Inggris untuk meyakinkan pemerintah dalam menghargai dan mengetahui betapa pentingnya sebuah desain.
Di Uni Soviet pada tahun 1920, ada sebuah aliran bernama Konstruktivisme yang beranggapan bahwa seni pada individu tidaklah berguna, dan mereka lebih suka membuat sesuatu yang bisa diterapkan di dunia nyata. Oleh karena itu mereka mendesain sebuah perangkat teater, bangunan, poster, pakaian, kain, logo, dst.
Pengaruh Jepang pada Desain Indonesia
Sebagai sebuah negara yang pernah tunduk di bawah kekuasaan Jepang, Indonesia juga tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh negara tersebut untuk urusan desain grafis. Sepanjang penjajahan Jepang di Indonesia, pemerintah Jepang memobilisasi para seniman Indonesia untuk mengambil bagian dari ‘Perang Asia Timur Raya’.
Pada tahun tersebut, juga didirikan dua buah organisasi seni yaitu PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) dan Keimin Bunka Shidosho. Selain itu, asosiasi pelukis pertama di Indonesia yaitu PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) mengusung seni rupa modern dan identitas keindonesiaan.
Desain Grafis Indonesia (DGI) fokus pada perkembangan desain yang mencoba untuk menghadirkan paparan hasil penelitian tentang estetika yang menggerakkan sebuah seni. Mereka membuat sebuah kegiatan yang menjalin benang merah antara praktik awal desain grafis di Indonesia dengan kecenderungan praktik desain grafis pada masa sekarang. Hal itu dilakukan dalam rangka untuk memperkaya khazanah pemahaman mengenai praktik desain di Indonesia dan dapat mendorong perkembangannya.
Desain Grafis di Indonesia
Sementara itu, pada masa Indonesia telah membebaskan diri dari belenggu penjajah, mereka membentuk sebuah Design Center di Fakultas Perencanaan dan Sipil Institut Teknologi Bandung pada tahun 1968. Organisasi itu pertama kali diperkenalkan dalam Expo 70 di Osaka, Jepang.Â
Hal itu sejalan dengan perkembangan kebijakan sebuah organisasi ASEAN sebagai pemersatu bangsa-bangsa di Asia Tenggara Pada tahun 1976. Salah satu keputusan penting yang ditetapkan pada masa itu adalah setiap anggota ASEAN wajib memiliki dan mendirikan pusat pengembangan desain dan kerajinan.
Dengan adanya pusat kerajinan dan desain pada setiap negara ASEAN, maka dunia desain grafis akan semakin berkembang pesat. Untuk mewadahi para desainer, maka muncullah sebuah organisasi bernama Ikatan Ahli Desain Indonesia (IADI). Organisasi tersebut merupakan manifestasi dari kehadiran profesi desain di Indonesia.
Pameran Seni Daya Gaya Decenta
Daya Gaya Decenta adalah sebuah pameran yang menampilkan karya cetak saring. Pameran ini dikuratori oleh Chabib Duta Hapsoro dan Asikin Hasan. Pameran seni Daya Gaya Dacenta mempresentasikan arsip dan dokumentasi proyek-proyek dari PT. Dacenta dan arsip-arsip lainnya dari para pendirinya.
Dari tahun 1973, Dacenta bekerja dengan mengadaptasi beragam rupa motif dan karakteristik dari seluruh daerah di Indonesia dengan metode cetak saring, fotografi, dan lain sebagainya. Hal itu sangat mewarnai peran desain grafis dalam membangun keberagaman sebagai identitas budaya Indonesia yang sangat kental.
Dalam pameran tersebut, pengunjung bisa melihat dan membaca bagaimana Dacenta tumbuh dan berkembang, serta bagaimana perubahan itu berlangsung. Mulai dari perubahan budaya, teknologi, dan tren desain yang mempengaruhi karya-karya yang dihasilkan oleh para anggota Dacenta.
Inti Pameran Daya Gaya Dacenta
Dari pameran seni Daya Daya Dacenta, para kurator menggarisbawahi empat perihal koprah Dacenta sejak tahun 1975 hingga awal tahun 1990-an:
1. Sejarah Berdirinya Dacenta dan Latar Historisnya.
Dacenta dibentuk dalam sebuah situasi yang mana peran seniman dan perancang sangat dibutuhkan dalam rangka untuk memenuhi permintaan-permintaan baru dalam pertumbuhan ekonomi dunia waktu itu.
2. Pergulatan Identitas
Pergulatan identitas yang dilalui oleh Dacenta secara jelas datang melalui karya baik dari seni rupa maupun desain. Selain itu, karya Dacentar juga berkutat pada aspirasi kelompok dan berinovasi secara artistik dengan gaya yang khas dan unik.
3. Bisnis dan Tata Kelola Perusahaan
Pada bagian bisnis dan tata kelola perusahaan Dacenta menghadirkan bagaimana perusahaan ini dikelola dan bagaimana pertukaran gagasan serta pengetahuan dilakukan oleh anggota. Selain itu, Dacenta juga menjadi contoh bagaimana sebuah pemasaran seni yang didukung oleh profesionalisme dan mampu mendukung inovasi gaya artistik.
4. Peran Dacenta
Terakhir adalah peran Dacenta dalam diseminasi dan pemasaran seni. Dacenta mempunyai sebuah galeri yang rutin menyelenggarakan pameran, diskusi, dan lokakarya seni rupa. Hal tersebut menunjukkan bahwa Dacenta aktif dalam membangun jejaring seni lintas pemangku kepentingan dari negara, korporat, hingga institusi seni dalam dan luar negeri.
Selain itu, Dacenta juga dapat diidentifikasi sebagai salah satu aktor utama yang mendefinisikan ulang tentang profesionalisasi seni di Indonesia yang sekaligus menempatkan seniman dengan peran-peran baru.